Ayat51 Ayat ini menerangkan bahwa Allah membinasakan orang-orang yang sama dengan mereka, yaitu umat-umat yang mendustakan para nabi pada zaman lampau, mereka telah hancur karena pembangkangannya. Peristiwa-peristiwa itu hendaknya menjadi pelajaran bagi kaum kafir Mekah dan bagi siapa saja sesudah mereka beriman.
Perihal kecerdasan, merupakan salah satu potensi dasar yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia. Itu tercermin dalam QS. al-Tiin ayat 4 yang tersirat bahwa Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Dalam artian, baik secara jasmani dan ruhani. Indikator lain yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna adalah pemberian mandat kekhalifahan di muka bumi. Allah memberikan mandat kepada manusia untuk memelihara dan mengkoordinir segala urusan di bumi bukan tanpa sebab. Melainkan karena Allah menyematkan potensi agung yang tidak dimiliki oleh makhluk selain manusia, termasuk malaikat. Al-Qur’an sebagai kitab dan tuntunan hidup paripurna bagi umat Islam, memberikan ruang mengenai varietas kecerdsan yang dimiliki manusia. Secara redaksional, Al-Qur’an membahasakan kemampuan berpikir manusia secara distingtif. Setidaknya terdapat 5 term dalam Al-Qur’an yang mengurai mengenai kecerdasan. Di antaranya, ta’aqqul, tafakkur, tadabbur, tafaqquh, dan tadzakkur. Apakah kelima term tersebut mencakup klasifikasi kecerdasan yang ditemukan Sains? Mari kita simak… Memahami IQ, EQ, dan SQ Kompleksitas konstruksional tersusun dalam eksistensi manusia. Kecerdasan, yang tersimbolisasi dari kemampuan berpikir manusia adalah salah satu anugerah yang terbaik se-jagat raya. Faktornya, kecerdasan bukanlah merupakan variabel tunggal yang tidak memuat varietas lainnya. Saintifikasi manusia telah menyajikan ragam jenis kecerdasan yang memenuhi eksistensi manusia secara eksklusif. Diantaranya adalah Intellegent Quotient, Emotional Quetiont, dan Spiritual Quetiont. IQ Intellegent Quotient Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kcerdasan intelegensi. Konsep IQ pertama kali diperkenalkan oleh Willian Stern. Seorang psikolog berkelahiran Jerman dalam bukunya The Psychological Methods of Testing Intelligence. Intelegensi merupakan suatu kemampuan berpikir yang primer. Cakupannya adalah kemampuan berbahasa, mengingat, rasio, matematis, dan persepsif. Intellegent Quotient menjai instrument penting bagi seseorang dalam kemampuan menyerap nilai dari satu pelajaran. Intan Fazrin, Mengembangkan Intelegensi Quotient pada anak, 36. 2. EQ Emotional Quetiont Emotional Quetiont atau kecerdasan emosional memberikan dominasi yang besar terhadap self-controlling. DanielGoleman, psikolog California yang memprakarsai kajian Emotional Quetiont, secara spekulatif menerangkan bahwa EQ merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan, memotivasi, dan memosisikan diri dalam keadaan yang tepat. Selain itu, Emotional Quetiont juga merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif bertindak untuk menghadapi seluruh aspek kehidupannya. Al. Tridhonanti, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, 100. 3. SQ Spiritual Quotient Awal abad ke-20, IQ menjadi isu besar dalam ranah intelektual. Setelah itu Daniel Goleman memumunculkan gagasan EQ-nya pada tahun 1900-an, sebagai bentuk respo atas lahirnya gagasan IQ. Sedangkan pada akhir abad 20-an, Danah Zohar dan Ian Marshal mempresentasikan varietas kecerdasan baru, yaitu Spiritual Quotient. Yang merupakan kemampuan jiwa untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan sisi positif dan mampu memberikan makna spiritual dalam setiap perbuatan. Secara orientatif, kecerdasan spiritual mengarahkan seseorang menuju puncak kesadaran jati dirinya sebagai manusia Danah Zohar dan Ian Marshal, SQ Kecerdasan Spiritual, 3. Intelegent Quetiont dalam Tinjauan Al-Qur’an Dalam al-Qur’an termuat varietas terma tentang memperdayakan akal. Konteks intelegensi dalam ranah keberfikiran yang disimbolisasi dengan kemampuan menyerap pelajaran serta memberikan ulasannya. Selain itu, terdapat juga indikasi kemampuan logis dan scientic dalam konteks intelegensi. Term ta’aqqul dalam Al-Qur’an memberikan implikasi tentang pengoptimalan daya pikir intelektual. Oemar Hamalik, dalam bukunya Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, menyebutkan bahwa ta’aqqul merupakan sistemasi berpikir logis yang memiliki kapabilitas dalam penguasaan materi serta memberikan penjelasannya. Term ta’aqqul, salah satunyatermaktub dalam Al-Qur’an Surat al-Baqarah 242, Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, 121. كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ ࣖ Emotional Quetiont dalam Tinjuan Al-Qur’an Emotional Quetiont erat kaitannya dengan self-control. Selain itu juga memiliki kepekaan sosial tinggi sehingga mampu mengimplementasikan tindakannya secara kolektif. Hal tersebut sesuai dengan term dalam Al-Qur’an yang mengindikasikan kemampuan kognitif manusia atau kemampuan dalam ranah psikologis, yaitu tafakkur atau al-Fikr. Aspek kejiwaan yang tercakup dalam term al-Fikr yaitu aspek afektif rasa, dan psikomotoris karsa. Pada dasarnya, fungsi kognitif pada manusia ini menjadi penggerak serta pengontrol tindakan manusia. Kemampuan mengntrol diri ini menjadik diferensiasi antara manusia dan hewan. Secara lahiriah, hewan tidak memiliki keampuan kognitif untuk mengontrol dirinya, ehingga bisa dikatakan hewan tidak memiliki emotional quetiont sebagaimana yang dimiliki oleh manusia Yusuf Qardawi, al-Aql Wa al-Ilm fi al-Qur’an al-Karim, 41. Lafadz tafakkur dalam Al-Qur’an termaktub dalam QS. al-Hasyr ayat 21 لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ Artinya “Sekiranya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir.” Selain tafakkur, indikasi lain yang memuat aspek-aspek emotional dalam terma keberfikiran adalah lafad tadabbur, yang terdapat dalam QS. al-Nisa’ ayat 82, اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا Artinya “Maka tidakkah mereka menghayati mendalami Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu bukan dari Altlah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” Dalam Tafsir al-Misbah, karya M. Quraish Shibah, dijelaskan bahwa untuk memahami al-Qur’an butuh perhatian yang besar sehingga tidak terjermbap dalam kesalahan pemahaman. Bisa disimpulkan bahwa tadabbur disini memuat kemampuan mempelajari dengan cermat dan teliti. Seseoang yang cermat memiliki kemampuan yang bertahap, yaitu receiving, responding, valuing, organizing, dan characterizing. Kelima tahapan diatas, merupakan indicator utama dalam pembentukan karakter seseorang Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, 54-57. Spiritual Quotient dalam Al-Qur’an Kecerdasan spiritual, sebagaimana diterangkan di atas, bertendensi kepada pemahaman keagamaan. Dalam artian, seseorang mampu bertindak dengan latar belakang pemahaman keagamaan. Dalam AL-Qur’an, terdapat 2 term yang mengindikasikan nilai-nilai spiritualitas, yakni tafaqquh dan tadzakkur. Tafaqquh berasal dari kata al-fiqhu yang dimaknai oleh Al-Raghib al-Ashfahani sebagai upaya mengetahui yang abstrak dengan pengetahuan yang konkret. Dalam satu literature terdapat suatu pengistilahan, “Tiap-tiap sesuatu itu memiliki tiang, dan tiang agama islam adalah al-Fiqhu”. Secara garis besar, upaya untuk memahami Islam, diupayaka dengan proses tafaqquh di dalamnya M. Dhuha Abdul Jabar dan N. Burhanuddin, Ensiklpoedi Makna Al-Qur’an, 513. Sedangkan tadzakkur, terbentuk dari kata dzkir, yang artinya mengingat. Said bin Jubair, mengartikan dzikr dengan ketaatan kepada Tuhan sehingga selalu mengingat-Nya. Hamka juga menambahkan bahwa kemampuan tadzakkur merupakan kemampuan mengingat terhadap materi dengan berlandaskan keimanan. Agus Nur Qowim, Tinjauan Al-Qur’an Tentang Term Kecerdasan, 130. Kesimpulan al-Qur’an shaalihun li kulli zaman wa makaan. Mungkin kalimat tersebut yang sesuai untuk menutup tulisan ini. Faktornya, al-Qur’an selalu memberikan gambaran-gambaran autentik dan relevan dengan temuan-temuan ilmiah yang terbaru. Penyunting Ahmed Zaranggi kecerdasaanemosional dapat terlihat dalam sikap seseorang; pertama adalah istiqamah yaitu dengan cara teguh pendirian terhadap jalan-jalan yang telah ditetapkan Allah Swt, serta tidak mengurangi atau mengabaikan, dan melampaui batas terhadap ajaran-ajaran tersebut. Kedua yaitu rendah hati yaitu mereka berjalan dengan tenang, Mengapa kamu mendatangi laki-laki, bukan perempuan, untuk memenuhi syahwat-mu? Sungguh, kamu adalah kaum yang melakukan perbuatan bodoh.” Q.S. Al-Baqarah : 197) 2 Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Jakarta Mungkin sebagian kita berpikir bahwa ada banyak orang yang memiliki nama Luqman. Akan tetapi hanya ada satu Luqman yang disebut dalam Alquran. Jadi jika kiat mendapat perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, maka tidak lain yang perlu kita ceritakan adalah kisah tentang sosok yang bernama Luqman Al Hakim. Kisah Ashabul Kahfi, Ini Lokasi Gua dan Pelajaran dari Kisahnya Al Fiil Artinya Gajah, Ketahui Kisah Sejarah Sebelum Kelahiran Nabi Muhammad SAW Cerita Nabi Yusuf AS, Pelajaran Sifat Terpuji yang Harus Diteladani Umat Islam Nama Luqman Al Hakim disebut dalam Alquran, tepatnya dalam surah Luqman ayat 12-19. Bukan tanpa alasan mengapa nama Luqman sampai diabadikan oleh Allah SWT di dalam Alquran. Hal ini tidak lain karena Luqman memiliki keistimewaan berupa ilmu hikmah. Jadi jika kita mendapatkan perintah untuk ceritakan secara singkat tentang Luqman, kita perlu menceritakan tentang ilmu hikmah yang menjadi keistimewaan Luqman. Apalagi, ilmu hikmah merupakan ilmu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Allah SWT berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.” QS. Luqman; 12 Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan. Terlepas dari apa pengertian dari hikmah, yang jelas ada banyak kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, yang penuh dengan hikmah. Berikut kisah-kisahnya seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa 6/6/2023.Berita video cerita singkat soal kecintaan bintang Chelsea, Kai Havertz, kepada keledai. Apa keledai?Siapakah Luqman Al Hakim?Sebelum kita ceritakan secara singkat tentang Luqman, penting bagi kita untuk mengenal lebih dalam terlebih dahulu tentang siapa sebenarnya Luqman Al Hakim. Luqman Al Hakim merupakan salah satu nama orang yang disebut dalam al-Qur`an, tepatnya surah Luqman 31 ayat 12-19. Menurut Ibnu Katsir, nama Luqman Al Hakim adalah Luqman bin Unaqa’ bin Sadun. Sedangkan mengenai asal usul Luqman, para ulama berbeda pendapat. Ibnu Abbas menyatakan, bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu yang berasal dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan ia adalah orang dengan ciri fisik bertubuh pendek dan berhidung mancung dari daerah Nubah. Sebagian lain mengatakan, bahwa ia berasal dari Sudan. Luqman Hakim memiliki keistimewaan yang mendapat anugerah dari Allah Swt, yakni berupa ilmu hikmah. Ilmu sangat berguna bagi kepribadian manusia yang pada gilirannya akan bermanfaat bagi orang di sekitarnya, juga bagi alam semesta. Allah Swt berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman.” QS. Luqman; 12 Kata al-hikmah dalam ayat di atas memiliki beragam makna yang di antaranya; meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, selalu benar dalam ucapan dan perbuatan, mengukuhkan sesuatu dengan ilmu dan amal, kepahaman dan kecerdasan, atau mengetahui apa yang terjadi dan melakukan kebaikan. Kata al-hikmah juga bisa diartikan rangkaian kata-kata yang menjadi bahan renungan dan telah mengalir dari satu generasi ke generasi yang lain. Untaian kata yang bisa membuat seseorang tidak lagi melulu cinta harta duniawi juga bisa disebut al-hikmah. Atau kemampuan memahami hakikat sesuatu sesuai kemampuan yang optimal, atau untaian kata yang indah nan sempurna yang memuat dorongan melakukan sifat terpuji, ilmu, dan perilaku yang mulia, atau segala sesuatu yang meningkatkan kualitas diri seseorang, semuanya merupakan arti-arti dari kata al-hikmah. Ada pendapat lain menyatakan, bahwa al-hikmah berarti ilmu dan amal. Oleh karenanya, seseorang tidak akan dapat menyandang gelar “Hakim” kecuali jika ia telah mengantongi keduanya, yakni ilmu dan amal. Secara sederhana, al-hikmah adalah petunjuk jalan lurus menuju keselamatan dan kebenaran dalam berkeyakinan, bertingkah laku, berucap, dan melangkah, menurut sisi pandang Yang Maha Pencipta, maupun cara pandang manusia. Itulah arti kata al-hikmah secara umum. Al-hikmah merupakan buah dari pengetahuan yang luas dan keilmuan yang dalam, kecerdasan serta kesadaran diri yang penuh, penelitian yang menyeluruh dan percobaan yang teruji, pengamatan terhadap keterkaitan antara satu perkara dengan yang lain, dan analogi qiyas yang dominan antara suatu hal dengan yang pria berbagi wortel dengan keledainya dalam kompetisi balap keledai tradisional ke-53 di Tribunj, Kroasia 29/8/2020. Xinhua/Pixsell/Hrvoje JelavicKeledai dan cacian merupakan kisah yang bisa kita ceritakan secara singkat tentang Luqman. Cerita ini memiliki pesan bahwa, sebaik apa kita berusaha melakukan sesuatu, akan ada saja reaksi negatif dari orang lain, baik itu cacian, komentar negatif ujaran kebencian dan sebagainya. Berikut adalah kisah selengkapnya dari Luqman, Keledai, dan Cacian Orang lain Dalam sebuah kesempatan, saat Luqman mengajari putranya tentang kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat, Luqman berkata, ”Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang, sebab tak akan pernah ada jalan untuk membuat mereka semua lega dan terima. Tak akan pula ada cara untuk menyatukan hati mereka.” ”Wahai puteraku," kata Luqman melanjutkan, "Datangkan seekor keledai kepadaku, dan mari kita buktikan.” Luqman bermaksud mengajak putranya jalan-jalan di tengah masyarakat untuk membuktikan bahwa membuat semua orang “legawa” itu sangatlah sulit. Bahkan bisa dibilang sama sekali tidak mungkin terjadi. Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak setuju. Kemudian perjalanan mereka segera Dicemooh karena Membiarkan Putranya Jalan KakiBuruh naik gerobak keledai saat berjalan di tengah cuaca berkabut di Lahore 21/12/2022. Kabut tebal kembali menyelimuti berbagai kota di Punjab, termasuk Lahore pada malam hari antara Selasa dan Rabu, melumpuhkan kehidupan sehari-hari dan mengganggu lalu lintas jalan raya dan udara.AFP/Arif AliPada kesempatan pertama Luqman menaiki keledai dan menyuruh putranya berjalan kaki sambil menuntun keledai. Hal itu kemudian dilihat oleh sekelompok orang yang menganggap bahwa hal itu aneh. Orang-orang yang menganggap itu aneh pun kemudian segera mencaci Luqman. Mereka berkata, ”Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Alangkah congkak dan sombongnya orang tua itu.” Mendengar cacian tersebut, Luqman pun berkata, ”Putraku, coba dengar, apa yang mereka katakan.” Luqman lalu bergantian dengan membiarkan puteranya yang menaiki keledai. Sedangkan Luqman giliran berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang yang berbeda. Meski kini Luqman dan putranya telah berganti posisi, tetap saja reaksi serupa yang mereka dapatkan. Orang-orang yang merasa aneh dengan apa yang mereka lihat pun berkomentar dengan mengatakan, ”Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah berjalan kaki menuntunnya. Sungguh, alangkah buruknya akhlak anak itu.” Mendengar komentar orang-orang pun, Luqman kemudian berkata kepada putranya, ”Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.”Luqman dan Putranya Menaiki Keledai BersamaanIlustrasi Foto Persekusi iStockphotoMereka berdua melanjutkan perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Lagi-lagi, orang-orang tersebut bereaksi dengan melontarkan komentar negatif. ”Dua orang itu naik keledai berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Ahh, betapa mereka tak tahu kasihan pada hewan,” sindir seseorang yang melihat luqman. ”Lihatlah apa yang mereka katakan, wahai puteraku,” Luqman kembali menasihati puteranya. Tanpa menghiraukan caci maki orang-orang itu, Luqman dan putranya kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini, Luqman dan Putranya semuanya berjalan kaki, sambil menuntun keledai. Komentar negatif kembali mereka dapat ketika melewati sekelompok orang. ”Subhanallah! Lihat, dua orang itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sehat dan kuat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? Ahh, betapa bodohnya mereka,” kata seseorang dalam kerumunan. Mendengar komentar tersebut, kepada puteranya Luqman berkata, ”Dengarlah apa yang mereka katakan! Bukankah telah aku katakan padamu? Lakukan apa yang bermanfaat bagimu dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari perjalanan ini.” Cerita kebijaksanaan Luqman di atas dapat dipetik hikmahnya, bahwa manusia haruslah menjadi orang yang kuat, sehingga memiliki pendirian yang teguh dan kokoh. Tidak goyah dengan terpaan angin. Tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas. Nasihat-nasihat Luqman sangat banyak sekali, baik yang didokumentasikan di dalam al-Qur`an ataupun di kitab-kitab para ulama.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah SWT dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah SWT (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah SWT dan hari kemudian. This study aims to analyze Intellectual Intelligence in the perspective of the Qur'an. This research uses the method of library research library research, namely research whose subject is in the form of library literature. The author collects books and scientific journals that are needed and then studied. Furthermore, the author cites various theories and opinions related to the problem under study. Sources of data depart from documentation that comes from books and scientific journals that discuss intellectual intelligence in the perspective of the Qur'an. The results of this study say that intelligence is an added value for every human being in developing his mindset so that he is able to develop and think clearly to consider, decide and deal with things by focusing on the problems faced with brilliant solutions. The process of growing intellectual intelligence according to Islamic education is marked by the existence of moral education. The intellectual intelligences possessed by humans as described in the Qur'an provide a clear picture that humans were created by Allah SWT and are given extraordinary potential in the form of reason and mind which will make a difference between humans and Allah's creatures. the other, with the potential it has, it is important to understand and study the holy book of the Qur'an and study every verse in it so that it always has a positive impact in developing one's intellect by understanding the verses of Allah SWT. With that, the potential possessed by humans will run according to the guidance of the Qur'an. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 12, Nomor 2, Desember 2022 P-ISSN 2088-3226; E-ISSN 2620-8210 62 Kecerdasan Intelektual Dalam Perspektif Al-Qur’an M. Dwi Rahman Sahbana1, Ahmad Arifi2, Taufik Rahman3 1,2,3Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Email dwirahman271199 Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis Kecerdasan Intelektual dalam perspektif Al-Qur’an. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka library research, yaitu penelitian yang subjeknya berupa literatur kepustakaan. Penulis mengumpulkan buku dan jurnal ilmiah yang diperlukan kemudian dipelajari, Selanjutnya penulis mengutip berbagai teori dan pendapat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data berangkat dari dokumentasi yang berasal dari buku dan jurnal ilmiah yang membahas tentang kecerdasan intelektual dalam perspektif Al-Qur’an. Hasil penelitian ini mengatakan bahwa kecerdasan merupakan nilai lebih dari setiap manusia dalam mengembangkan pola pikirnya sehingga mampu berkembang dan berpikir dengan jernih untuk menimbang, memutuskan serta menghadapi sesuatu dengan berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dengan solusi cemerlang. Proses pertumbuhan kecerdasan intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak. Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an memberikan sebuah gambaran yang nyata bahwa manusia di ciptakan oleh Allah Swt di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan pikiran yang mana akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah Swt yang lainnya, dengan potensi yang dimilikinya maka penting untuk memahami dan mempelajari kitab suci Al-Qur’an dan mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positf dalam mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah SWT. Dengan hal itu potensi yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Kata Kunci Kecerdasan, Intelektual, Perspektif Al-Qur’an Abstract This study aims to analyze Intellectual Intelligence in the perspective of the Qur'an. This research uses the method of library research library research, namely research whose subject is in the form of library literature. The author collects books and scientific journals that are needed and then studied. Furthermore, the author cites various theories and opinions related to the problem under study. Sources of data depart from documentation that comes from books and scientific journals that discuss intellectual intelligence in the perspective of the Qur'an. The results of this study say that intelligence is an added value for every human being in developing his mindset so that he is able to develop and think clearly to consider, decide and deal with things by focusing on the problems faced with brilliant solutions. The process of growing intellectual intelligence according to Islamic education is marked by the existence of moral education. The intellectual intelligences possessed by humans as described in the Qur'an provide a clear picture that humans were created by Allah SWT and are given extraordinary potential in the form of reason and mind which will make a difference between humans and Allah's creatures. the other, with the potential it has, it is important to understand and study the holy book of the Qur'an and study every verse in it so that it always has a positive impact in developing one's intellect by understanding the verses of Allah SWT. With that, the potential possessed by humans will run according to the guidance of the Qur'an. Keywords Intellectual, Intelligence, Perspective of the Qur'an 63 Pendahuluan Pertanyaan yang sering muncul di berbagai kesempatan seperti diskusi ketika berbicara tentang manusia antara lain adalah potensi apa yang dimiliki oleh manusia untuk menghadapi kenyataan hidup ini. Mampukah manusia dengan potensi itu mengatasi berbagai persoalan yang dihadapinya. Berbagai pertanyaan tersebut telah dicoba dijawab sebaik mungkin melalui kemampuan yang dimiliki oleh manusia berupa kemampuan berfikir dan bernalar atau yang lebih dikenal dengan kecerdasan intelektual/IQ. Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa orang yang memiliki kecerdasan akal yang cukup tinggi tetapi dia gagal dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi dalam hidup, dapat kita contohkan beberapa ilmuan di dunia yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi tetapi mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, diantaranya viktor meyer beliau adalah ilmuan yang berkontribusi dalam bidang kimia organik dan anorganik, akibat dari kelelahan dalam bekerja yang mengakibatkan kondisi mental yang tidak stabil, dia melakukan bunuh diri untuk mengakhiri hidupnyaHanafi, 2018. Hal yang serupa juga dialami oleh valeri alekseevich legasov beliau merupakan peneliti soviet terkemuka di bidang kimia anorganik dan anggota akademi ilmu pengetahuan uni soviet. Pada awalnya beliau menderita penyakit pasca terkena radiasi di tanah chernobyl, kesetan beliau memburuk dan mengakibatkan beliau depresi dan memutuskan bunuh diri pada 27 april 1988. Dengan demikian para psikolog kemudian berpikir tentang kemungkinan adanya satu kemampuan lain selain dari kecerdasan akal yang dapat membantu manusia dalam menghadapi berbagai persoalan yang mereka hadapi sehingga lahirlah apa yang kemudian lebih dikenal dengan kecerdasan emosional /EQPasek, 2016. Menghadapi berbagai masalah tersebut para intelektual muslim mencoba memberikan beberapa tawaran solusi yang dapat ditempuh diantaranya sebagaimana yang telah disampaikan oleh Abdurrahman Saleh Abdullah yaitu menghendaki adanya keterbukaan terhadap pendangan hidup atau kehidupan non-muslim. Kelompok ini berusaha meminjam konsep-konsep non-muslim dan menggabungkannya dalam pemikiran pendidikannyaNoor, 2021. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisa secara mendalam mengenai kecerdasan intelektual dalam perspektif Al-Qur’an, berbicara tentang kecerdasan tidak terlepas dari peran dunia pendidikan baik secara formal ataupun nonformal, dengan demikian penelitian ini akan memaparkan bagaimana Al-Qur’an berbicara atau merespon tentang kecerdasan yang dimiliki oleh setiap manusia yang tentunya sangat berpengaruh pada pendidikan dan perjalanan hidupnya. Pada hakikatnya sudah banyak para akademisi atau peneliti yang mengkaji serta mendalami penelitian yang berbicara tentang kecerdasan intelektual ini, seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh susi hendriani dan raden lestari garnasih yang meneliti tentang pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru SMA Negeri 8 Pekanbaru, hasil penelitian ini mengatakan pengaruh kecerdasan intelektual memberikan dampak yang lebih kuat terhadap peningkatan kinerja guru dibandingkan pengaruh dari kecerdasan emosional. Rekomendasi yang disarankan dari hasil penelitian ini adalah supaya dilakukan usaha dan upaya konstruktif untuk meningkatkan dua aspek kecerdasan tersebut agar peningkatan kinerja guru dapat terealisasikan dengan maksimalHendriani & Garnasih, 2013. 64 Penelitian yang senada juga dilakukan oleh nur hakim dengan judul penelitian kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual dalam perspektif bidayatul hidayah. Hasil dari penelitian ini adalah konsep tiga kecerdasan diatas dalam kitab bidayatul hidayah mengatakan terjadinya perubahan setiap individu seseorang itu menuju sebuah masyarakat madani itu harus menguasai tiga kecerdasan tersebut secara menyeluruh. Jadi lebih tepatnya harus ada keseimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual tersebut dalam diri setiap individuHakim, 2018. Pada penelitian ini juga akan membahas tentang salah satu jenis kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, hal yang menjadi pembeda penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah fokus pada penelitian ini yang mendalami atau mengakaji kecerdasan intelektual dalam perspektif ayat Al-Qur’an. Di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi khalayak umum yang membacanya untuk kemudian dapat diterapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis lakukan ialah penelitian kualitatif dengan pendekatan library research studi pustaka, yaitu penelitian yang subjeknya berupa literatur kepustakaan. Maksudnya penelitian ini hanya membatasi pada bahan koleksi kepustakaan saja dan tidak melakukan penelitian lapangan, bahan koleksi yang dimaksud adalah seperti buku dan jurnal ilmiah. Sumber data primer pada penelitian ini adalah buku fi ulum Al-Qur’an jilid 1 dan Syariah Risalah Taalim terj Al-Ithishom dan yang menjadi sumber sekunder pada penelitian ini yaitu buku dan jurnal yang terkait dengan topik penelitian seperti buku Kebiasaan Membaca Al Qur’an Dan Implikasinya Terhadap Kecerdasan Intelektualitas, jurnal dengan judul Pendidikan Kecerdasan Intelektual Berbasis Al-Qur’an, Konsep Kecerdasan Menurut Al-Qur’an dan juga dari buku dan jurnal ilmiah lainnya yang membahas tentang kecerdasan intelektual dalam perspektif Al-Qur’anMoleong, 2021. Penulis mengumpulkan buku dan jurnal ilmiah yang diperlukan kemudian dipelajari, Selanjutnya penulis mengutip berbagai teori dan pendapat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara memilih data yang berkorelasi dengan judul penelitian. Metode dokumentasi pada penelitian ini dengan cara mengumpulkan data, menganalisis data sesuai dengan teori untuk memperoleh kesimpulanSuwendra, 2018. Hasil dan Pembahasan Kecerdasan Intelektual Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang membedakan kualitas orang satu dengan orang yang lain, kecerdasan intelektual lazim disebut inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan kognitif yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan yang komplek dan selalu berubah serta di pengaruhi oleh faktor genetikEkowati et al., 2020. Sedangkan Sudrajat mengelompokkan inteligensi kedalam dua katagori, yang pertama adalah dengan istilah g factor yang biasa disebut dengan kemampuan kognitif yang dimiliki secara umum misalnya kemampuan mengingat dan berfikir, g faktor merupakan potensi dasar yang dimiliki oleh setiap orang untuk belajar dan beradaptasi, intelegensi 65 ini dipengaruhi oleh faktor bawaan. Katagori yang kedua adalah s faktor yaitu kemampuan khusus yang dimiliki individu, faktor ini merupakan inteligensi yang di pengaruhi oleh lingkungan sehingga factor s yang dimiliki seseorang akan saling berbeda, dan setiap faktor s pasti mengandung faktor gHanafi, 2018. Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani dan pengaktifan manusia untuk beriinteraksi secara fungsional dengan yang lain. Kecerdasan intelektual berhubungan dengan proses kognitif seperti berpikir, daya menghubungkan, menilai dan memilah serta mempertimbangkan sesuatu, atau kecerdasan yang berhubungan dengan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan logikaHandriani & Subhan, 2020. Manusia dibekali Tuhan intelektual yang cerdas. Diantara daya ingat yang tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al-Qur’an dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu, Keistimewaan ini karena kasih sayang Tuhan pada orang-orang mukmin. Keimanan yang bersemayam dalam dada mukmin menghantarkan mereka memiliki kecerdasan intelektual. Rasul memberikan indikator orang yang cerdas intelektualnya adalah konsentrasi pada satu titik yang jelas, berpikir cerdas sehingga tidak mudah tertipu dan selalu dalam keadaan siap siaga. Kecerdasan intelektual juga akan memberikan jalan keluar ketika menghadapi kondisi sulit, bentuknya dapat berupa alternatif pemecahan yang beragam dan melalui cara yang ringan dan lain sebagainyaGultom, 2020. Kecerdasan Intelektual Dalam Al-Qur’an Kecerdasan intelektual merupakan konsep yang sangat penting dibahas dan perlu diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Oleh karena itu, perumusan konsep dan strategi penerapannya harus dilakukan dalam sistem pendidikan Islam guna menumbuhkan kecerdasan intelektual anak didik. Proses pertumbuhan kecerdasan intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak. Pendidikan Islam disamping berupaya membina kecerdasan intelektual, juga membina kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Pendidikan Islam membina dan meluruskan hati terlebih dahulu dari penyakit-penyakit hati dan mengisi dengan akhlak yang terpuji, seperti ikhlas, jujur, kasih sayang, tolong-menolong, bersahabat, silaturahmi dan lain-lain. Ajaran akhlak yang demikian inilah yang menjadi titik berat dalam proses pendidikan IslamNahdati & Amrulloh, 2022. Kecerdasan intelektual adalah istilah umum yang di gunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti, kemampuam menalar, merencanakan, memecahkan masalah berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitanya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat di ukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologisHuda, 2020. Pendidikan merupakan pokok dalam penyusunan formula untuk meningkatkan kecerdasan intelektual selain pendidikan emosional dan spritual juga sangat berpengaruh dengan tingkat optimal kecerdasan, ketika intelektualitas manusia mampu bekerja mengukur tingkat kecepatan, mengukur hal yang baru, menyimpan dan mengingat kembali informasi yang ada sehingga menjadikan manusia yang terampilan dan profesional. Ibnu manzhur mengategorikan istilah kecerdasan intelektual, akal 66 pikiran, menahan, mencegah, membedakan, tambang pengikat, Hal ini dapat diartikan Aql secara harfiyah. Aql juga disamakan dengan al-hijr menahan diri dari hawa nafsunyaHanum, 2020. Jika di cermati kata aql tampak sedemikian rupa luas maknanya kata aql juga memiliki dukungan yang kuat dari Al-Qur’an. Fungsi pengikat aql secara ilmiah dipelajari dalam semiotika ilmu tanda yang sangat berguna bagi semua disiplin ilmu. Aql yang di maksud memiliki kaitan erat dengan ayat yang hanya bisa di pahami dengan aql tersebut. Aql jenis inilah yang oleh farabi dibedakan dengan intelektual. Berakalnya orang yang berakal ditunjukkan oleh ketenangannya, diamnya, tunduk pandangannya, gerakan pada tempat-tempatnya, dan memperhatikan sebab dan akibat sehingga tidak tergesa-gesa mengikuti syahwat bila akibatnya membahayakanAnsoriy & Gontor, 2021. Fungsi Kecerdasan Intelektual Dalam Al-Qur’an Pada dasaranya setiap manusia merupakan makhluk yang diberi akal lebih tinggi di banding makhluk yang lain. Akal tersebut dapat membentuk sebuah kecerdasan yang biasa disebut dengan kecerdasan intelektual, beberapa fungsi adanya kecerdasan intelektual adalah • Menyimpan pengetahuan • Mendapatkan pengetahuan yang baru • Dapat memahami sesuatu dengan pemaknaan yang lebih dalam • Dapat meningkatkan pengetahuanHuda, 2020. Mengenai fungsi kecerdasan intelektual, Wiramarihardja mengemukakan setidaknya ada tiga indikator kecerdasan intelektual yang menyangkut tiga domain kognitif, diantaranyaMaksum, 2020 • Kemampuan figure yaitu merupakan pemahaman dan nalar di bidang bentuk. • Kemampuan verbal merupakan pemahaman dan nalar di bidang bahasa. • Pemahaman dan nalar di bidang numerik atau yang berkaitan dengan angka, biasa disebut dengan kemampuan numerik. Selain memiliki fungsi, ada faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan Intelektual diantaranya • Faktor pembawaan, dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. • Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. • Faktor pembentukan, dimana pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi. • Faktor kematangan, dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang jika telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. • Faktor kebebasan, yang berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Disamping kebebasan memilih metode juga bebas memilih masalah yang sesuai dengan kebu-tuhunnyaNurJannah & Suyadi, 2022. Kelima faktor itu saling terkait satu dengan yang lain. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut. 67 Kecerdasan Intelektual Dalam Perspektif Al-Qur’an Berkaitan dengan kecerdasan, Islam memiliki konsep tersendiri yang bisa didapatkan di dalam sumber ajaran Islam yang utama dan pertama, yaitu Al-Qur’an dan didukung oleh Hadits. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an untuk umat manusia dengan maksud dan tujuan, semuanya itu adalah untuk membahagiakan ketika hidup di dunia dan akhirat secara umum. Namun secara mendasar mencerdaskan manusia sehingga bisa hidup dalam hidayah Tuhan yang maha Esa, mendapat kelapangan dan jaminan surga yang penuh kenikmatanMunthe, 2021. Islam memandang kecerdasan adalah karunia Allah SWT yang diberikan kepada makhluk-Nya termasuk manusia dengan segenap fungsi dan kegunaan bagi keberlangsungan hidup. Dalam pengembangannya, seseorang dituntut untuk tidak mengembangkan satu ranah kecerdasan saja melainkan ketiga aspek mulai dari kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual harus dikem-bangkan secara bersama agar mencapai hasil yang maksimal. Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36 Artinya Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya Al-Isra 36. Berdasarkan ayat di atas terdapat kesimpulan bahwa setiap manusia dituntut untuk mengembangkan keseluruhan kecerdasan yang dimiliki agar menjadi manusia yang unggul secara maksimalHanum, 2020. Islam memandang bahwa kecerdasan intelektual dan emosional memiliki peran yang begitu penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini dapat menuntut manusia untuk menjalankan fitrahnya secara utuh. Secara umum Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT adalah untuk mencerdaskan umat manusia, sehingga manusia bisa hidup dalam hidayah-Nya, mendapat kelapangan, jaminan surga yang penuh kenikmatan bagi orang yang beriman dan beramal saleh. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah sebagai pembeda antara yang hak dengan yang bathil. Untuk itu, Allah SWT kemudian memberi manusia potensi-potensi kecerdasan sebagai sarana untuk beriman dan beramal saleh. Seperti nafs, akal, qalb dan ruh. Selain hal itu, istilah integrasi intelektual dalam Islam adalah as-shidiq perilaku sejalan antara perkataan dan amalan, lahir dan batin, jiwa dan raga, jasmani dan rohani. Sementara kebalikan dari as-shidiq adalah al-kadzib dusta, bohong, tidak benar, tidak sejalan perkataan dan perbuatan, jiwa dan raga, jasmani dan rohani. Dalam Al-Qur’an integritas intelektual adalah iman, Islam, ihsan, ikhlas, takwa, ihbath, dan al-aqal. Adapun indikator integritas intelektual dalam Al-Qur’an adalah mu’min, muslim, muhsin, mukhlis, muttaqin, al-muhbithin, ulul al-albabNahdati & Amrulloh, 2022. Islam sebagai sebuah tuntunan mengajarkan kepada pemeluknya untuk memposisikan akal dalam sifat yang dinamis dan rasional, artinya akal terbuka untuk menerima segala hal yang datangnya dari manapun asalkan itu baik baginya dan memang secara logika itu dapat diterima serta tetap berada pada jalur pemahaman ajaran Islam.Maksum, 2020. Dalam Al-Qur’an disebutkan berbagai macam bentuk aktivitas yang berkaitan dengan pemanfaatan potensi akal dan kecerdasan, yaituMunandar, 2019 a. Nadhara melihat bentuk penelaahan observasi dan perenungan. Terdapat 30 ayat lebih yang memuat kata ini. Salah satu contohnya yaitu 68 Artinya Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan At-Thariq ayat 5. Maksud dari ayat diatas merupakan seruan terhadap seluruh manusia agar memperhatikan, melihat serta menelaah segala sesuatu ciptaan Tuhan yaitu Allah Swt. Dari hasil pengamatan manusia tersebut lalu mereka melakukan perenungan dan selanjutnya mengambil pembelajaran atas kekuasaan dan kekuatan Tuhan yang mampu menciptakan apapun di dunia ini, termasuk menciptakan manusia itu sendiriTurham, 2021. b. Tadabbara, bermakna merenungkan atau menelaah kembali sesuatu yang telah berlalu. Contohnya pada Artinya Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci Muhammad ayat 24. Ayat ini menjelaskan pentingnya manusia menelaah secara mendalam tentang ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an dengan menggukanan akal yang mereka miliki. Dengan bersandarkan pada Al-Qur’an setiap manusia akan mampu mengambil pelajaran pada kejadian masa lampau dan yang akan datang. Didalam Al-Qur’an pastinya akan memberikan petunjuk untuk menuju semua hal kebaikan, serta tentunya akan menjauhkan dari hal keburukan. Jangan sampai manusia memiliki hati yang terkunci untuk keberadaan ayat suci ini, karena dengan berpaling dan tidak mengikuti tuntunan AL-Qur’an manusia bisa jauh dari hal kebaikan dan tentunya akan besar kemungkinan menuju hal kemungkaranJailani & Djubaedi, 2021. c. Tafakkara, bermakna berfikir. Salah satu Contohnya pada Artinya Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berpikir Al-Baqarah 219. Maksud dari ayat ini sudah jelas Allah Swt menyuruh seluruh manusia pada umumnya dan khususnya umat islam menggunakan akalnya yang tentunya di dalam akal tersebut terdapat kecerdasan intelektual, untuk berfikir dalam menjalankan hidupnya di dunia ini. Berfikir dalam menentukan yang halal dan haram, baik atau buruk dan yang pastinya tidak lari dari ajaran Al-Qur’an. Hal ini semata-mata untuk membuat seluruh manusia berada pada jalan yang benarHofur, 2020. d. Faqiha, bermakna mengerti atau memahami. Penyebutan ini terdapat dalam 16 ayat. Salah satu contoh yaitu Artinya Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka bagimu ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui Al-An’am ayat 98. e. Fahima, Bermakna memahami. Salah satu contohnya yaitu pada Artinya Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud dan Kamilah yang melakukannya Al-Anbiya ayat 79. 69 Dari dua ayat diatas sebenarnya berkorelasi dengan makna berfikir sebelumnya, jadi setelah Allah Swt menganjurkan kita untuk berfikir, selanjutnya kita akan paham dan mengerti sebenarnya jalan yang mana yang baik serta benar itu. Al-Qur’an pastinya akan selalu memberikan solusi dari segala problem dalam hidup yang tentunya akan memberikan jalan keluar yang baik dan benar Nurrohmah & Syahid, 2020. Dengan kemuliaan dan kesucian yang dimiliki oleh ayat suci tersebut, membuat Al-Qur’an tidak memiliki tandingan apapun dari jenis kitab apapun itu. Dengan demikian jelas dan nyata bahwa Al-Qur’an adalah sebagai kitab suci penyempurna dari kitab sebelumnya dan tidak ada yang mampu mencontoh karya Tuhan yang maha Agung ituSarnoto & Ulfa, 2021. f. Tazzakarra, bermakna mengingat, memperoleh, dan mendapat pelajaran, salah satu contohnya yaitu pada Artinya Apakah Allah yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran An-Nahl ayat 17. Ayat ini berbicara tentang betapa banyak dan luasnya pembelajaran yang dapat kita ambil dari ayat suci Al-Qur’an. Dari segala cabang ilmu di dalam Al-Qur’an terdapat penjelasan mengenai hai itu. Maka sebagai manusia muslim yang dibekali akal dan kecerdasan intelektual, menjadi keharusan bagi kita untuk berpedoman kepada kitab suci Al-Qur’an, di dalam Al-Qur’an juga diajarkan ilmu akhlak yang mulia yang nantinya mampu kita aplikasi sebagai manusia yang berguna bagi bangsa dan negara khususnya bagi perilaku diri sendiriKhoiruddin & Kustiani, 2020. Dalam pandangan Islam, akal dan hati merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia di bedakan dengan makhluk lainnya karena memiliki akal, kemudian lebih jauhnya adalah karena manusia memiliki hati yang menjadi rambu-rambu dalam kehidupannya untuk menjalankan kehidukan dengan akhlak yang baik serta benar. Kesimpulan Dalam mengembangkan pola pikirnya sehingga mampu berkembang dan berpikir dengan jernih untuk menimbang, memutuskan serta menghadapi sesuatu dengan berpusat pada masalah-masalah yang dihadapi dengan solusi cemerlang. Kecerdasan intelektual merupakan konsep yang sangat penting dibahas dan perlu diterapkan dalam sistem pendidikan Islam. Oleh karena itu, perumusan konsep dan strategi penerapannya mesti dilakukan dalam sistem pendidikan Islam guna menumbuhkan kecerdasan intelektual peserta didik. Proses pertumbuhan kecerdasan intelektual menurut pendidikan Islam adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak. Kecerdasan-kecerdasan intelektual yang dimiliki manusia sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an memberikan sebuah gambaran yang nyata bahwa manusia di ciptakan oleh Allah SWT di berikan potensi yang luar biasa berupa akal dan pikiran yang mana akan memberikan perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah SWT yang lainnya, dengan potensi yang dimilikinya maka penting untuk memahami dan mempelajari kitab suci Al-Qur’an dan mengkaji setiap ayat yang di dalamnya agar senantiasa memberikan dampak positf dalam mengembangkan intelektualitas diri dengan memahami ayat-ayat Allah SWT. Dengan hal itu potensi yang dimiliki manusia akan berjalan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. 70 Referensi Ansoriy, Z., & Gontor, U. 2021. Kebiasaan Membaca Al Qur’an dan Implikasinya Terhadap Kecerdasan Intelektualitas Mahasiswa. Osf Preprints. Drajat, H. A. 2017. Ulumul Qur’an Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Prenada Media. Ekowati, S., Finthariasari, M., Yulinda, A. T., & Sonitra, S. 2020. PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA GURU SDN KECAMATAN PINO BENGKULU SELATAN. JEMS Jurnal Entrepreneur Dan Manajemen Sains, 11, 10–19. Gultom, E. 2020. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan Kecerdasan Intelektual terhadap Kinerja Perawat pada Masa Pandemi COVID-19 di Rumah Sakit Surya Insani Pasir Pangaraian Rokan Hulu. Jurnal Ilman Jurnal Ilmu Manajemen, 82, 33–41. Hakim, N. 2018. Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual dalam Perspektif Bidayatul Hidayah. Indonesian Journal of Islamic Education Studies IJIES, 12, 218–233. Hanafi, I. 2018. Perkembangan Manusia Dalam Tinjauan Psikologi Dan Al-Quran. IQ Ilmu Al-Qur’an Jurnal Pendidikan Islam, 101, 84–99. Handriani, N., & Subhan, M. 2020. Hubungan Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual terhadap Prestasi Belajar Fisika. GRAVITY EDU Jurnal Pembelajaran Dan Pengajaran Fisika, 31, 1–4. Hanum, S. 2020. Pendidikan Kecerdasan Intelektual Berbasis Al-Qur’an. AL-HIKMAH Jurnal Pendidikan Dan Pendidikan Agama Islam, 21, 98–107. Hendriani, S., & Garnasih, R. L. 2013. Pengaruh Kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru SMAN 8 Pekanbaru. Jurnal Ekonomi, 2104. Hofur, H. 2020. Konsep Multiple Intelligences Perspektif Al-Quran/Hadis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam, 172. Huda, A. M. 2020. Otak dan Akal dalam Kajian Al-Quran dan Neurosains. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 51, 67–79. Jailani, M., & Djubaedi, D. 2021. Menelusuri Jejak Otak dan Aql Dalam Alquran Perspektif Neurosains dan Pendidikan Islam di Era Pandemi Covid-19. TADRIS Jurnal Pendidikan Islam, 161, 1–19. Khoiruddin, H., & Kustiani, A. W. 2020. Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran Berbasis Metode Tilawati. Jurnal Isema Islamic Educational Management, 51, 55–68. Maksum, I. 2020. Konsep Kecerdasan Menurut Al-Quran. AL-IFKAR Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 1402, 4–24. Moleong, L. J. 2021. Metodologi penelitian kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Munandar, J. 2019. Etika Menuntut Ilmu Menurut Syekh Az Zarnuji Dalam Kitab Ta’lim Al Muta’allim. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Munthe, A. K. 2021. Perkembangan Jiwa Agama pada Masa Al-Murahiqah Remaja. ITTIHAD, 42. Nahdati, Q. A., & Amrulloh, A. 2022. KECERDASAN NABI YUSUF DALAM AL-QURAN PERSPEKTIF TAFSIR MAQASIDI IBNU’ASHUR. Ushuly Jurnal Ilmu Ushuluddin, 12, 135–149. Noor, T. R. 2021. Religiositas Lansia Muslim di UPTD Griya Werdha Surabaya. Journal 71 An-Nafs Kajian Penelitian Psikologi, 61, 1–22. NurJannah, N., & Suyadi, S. 2022. Akal dan Qalb dalam Perspektif Al Quran dan Neurosains. MANAZHIM, 41, 53–65. Nurrohmah, M. R., & Syahid, A. 2020. Tujuan Pendidikan Perspektif Al-Quran dan Pendidikan Barat. Attractive Innovative Education Journal, 22, 34–44. Pasek, N. S. 2016. Pengaruh Kecerdasan Intelektual pada pemahaman akuntansi dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual sebagai variabel pemoderasi. JIA Jurnal Ilmiah Akuntansi, 11. Sarnoto, A. Z., & Ulfa, S. M. 2021. Kecerdasan Sosial Dalam Pembelajaran Kooperatif Perspektif Al-Qur’an. Academy of Education Journal, 122, 294–302. Suwendra, I. W. 2018. Metodologi penelitian kualitatif dalam ilmu sosial, pendidikan, kebudayaan dan keagamaan. Nilacakra. Turham, A. G. 2021. Konsep dan Teori Belajar Dalam Perspektif Pendidikan Islam dan Konseling. Ta’dib, 111, 14–22. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this HofurPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perpsektif al Quran/ Hadis tentang multiple intelligences dan implikasinya terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini merupakan penelitian library research. Melalui kunjungan perpustakaan data yang diambil berasal dari buku, seperti Tafsir Al-Misbah, Tafsir Ath-Thabari, Tafsir Thabrani, Tafsir Ibnu Katsir, Kitab Hadis AlMustadrak dan sumber lainnya yang memiliki keterkaitan dengan tema penelitian. Sumber data penelitian ini dibagi ke dalam sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukan 1 konsep multiple intelligences perspektif al Quran/ Hadis dapat dijumpai masing-masing, kecerdasan linguistik dalam Al-Baqarah 31-33; kecerdasan logis matematis dalam Al Ankabut43;  kecerdasan visual-spasial dalam Hud 37-38; kecerdasan kinestetik dalam Al-Maidah 31; kecerdasan kecerdasan irama-musik dalamhadis riwayat Hakim No. 2125 kitab al-Mustadrak; kecerdasan interpersonaldalam Al-Hujarat 13; kecerdasan intrapersonal dalam Ad-Dzariyat 21;kecerdasan naturalis dalam Ali Imran 190-191; kecerdasan eksistensial dalam Ad-Dzariyat 56. 2 Implikasi multiple intelligences terhadap pembelajaran PAI, Multiple Intelligences sangat diperlukan dalam model pembelajaran dewasa ini. Guru sangat dimudahkan apabila mampu melihatkecerdasan yang dimiliki setiap siswa. Materi disampaikan dengan strategi pembelajaran yang dapat memfasilitasi setiap kecerdasan yang dilmiliki siswa. Melalui strategi tersebut siswa memiliki motivasi tinggi dikarenakan proses pembelajaran lebih variatif. Poin penting disini adanya pengakuan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kemampuan yang dimiliki siswa tanpa Jailani M. SuyadiDedi DjubaediThe purpose of this research analyzing Islamic education learning in the era of the Covid-19 pandemic from the perspective of Neuroscience. The development of the learning model of Islamic education and neuroscience in this modern era is in line with research on neuroscience in Islamic education discourse, which so far has only been understood as edentically with medical science, namely health in the brain. while Neuroscience is integrated with Islamic education in theological aspects Alquran and hadith, historical, academic and theoretical. This research data is sourced through literature observations related to descriptions of scientific journals and examination of references to research works, both manually and digitally, which focus on discussing Islamic education learning in the new discourse of Neuroscience. This research is a literature study using qualitative methods. The results of the study prove that Neuroscience has traces in the field of Islamic education thought theologically has a Neorubiological basis in the Qur'an surah al-Alaq verses 15-16 with the keyword "nasyiyah" crown, historically Neuroscience is closely related to Islamic philosophy, fiqh and ushul fiqh. Academically and theoretically related to the concept of 'Aql and Qolb in the Koran and hadith. Its derivatives gave rise to the hybridization of Neuroscience and Islamic education. This will have broad implications for the learning model during the Covid-19 pandemic. Academically and theoretically related to the concept of 'Aql and Qolb in the Koran and hadith. Its derivatives gave rise to the hybridization of Neuroscience and Islamic education. This will have broad implications for the learning model during the Covid-19 pandemic. Academically and theoretically related to the concept of 'Aql and Qolb in the Koran and hadith. Its derivatives gave rise to the hybridization of Neuroscience and Islamic education. This will have broad implications for the learning model during the Covid-19 AGPerilaku belajar merupakan ontologi dan bidang kajian pada ilmu psikologi dan ilmu pendidikan. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami. Sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang disengaja diciptakan. Konsep spiritual dalam pendidikan islam akan berusaha memahami dan memperhatikan manusia secara holistik dan adil dalam kontek ke Tuhanan maupun kemanusiaan, karena manusia terdiri dari ruh, hati nurani dan nafsu yang hidupnya tidak dapat dipisahkan dengan Tuhan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan proses yang melahirkan atau mengubah tingkah laku dan peradaban manusia berdasarkan nilai-nilai agama. Mengingat pendidikan dilakukan melalui suatu proses maka hasil pendidikan tidak dapat dilihat secara langsung dan tidak dapat diambil suatu kesimpulan dalam waktu yang relatif singkat karena sangat tergantung dari proses pelaksanaan pendidikan yang dialami peserta didik. Tujuan penulisan ini untuk memberikan khasazah keilmuan tentang konsep dan teori belajar dalam perspektif pendidikan islam dan konseling. Penelitian ini menggunakan library research, dengan mengumpulkan berbagai informasi untuk dilakukan telaah terhadap data dari lektur yang ada, dalam rangka pemecahan masalah secara holistic terhadap pendidikan islam melalui pendekatan konseling untuk memahami konsep dan teori belajar hususnya pendidikan islam perspektif konseling. Kendati dalam prespektif Islam tidak dijelaskan dengan rinci dan operasional tentang proses belajar, proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia. tetapi Islam menekankan pada fungsi kognitif akal dan fungsi sensori indera-indera yang berfungsi penting dalam belajar, sebagaimana kata ya’qilun, yatafakarun, yubshirun, yasma’un yang terdapat dalam Al- Qur‟an. Hal itu membuktikan bahwa betapa penting dan bergunanya fungsi indra tersebut bagi manusia untuk belajar. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan dan pembelajaran yang islami sesungguhnya didasarkan atas dua prinsip utama, yaitu 1 Keteladanan oleh Pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat, dan 2 Metode pengajaran yang didasarkan atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal. Dapat disumpulkan bahwa konsep belajar perlu dipahami dan digali dari pakar psikologi dan pakar pendidikan tentang konsep belajar dalam membimbing mengarahkan peserta didik agar mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan seluruh potensi diri yang dimiliki individu. Potensi tersebut meliputi pancaindera, akal, dan qalb yang menjadi instumen utama dalam NurJannahSuyadi SuyadiSo far, reason according to the Qur'an and Neuroscience is something that considers identity different, while neuroscience is the same entity. This study aims to analyze the mind and heart according to the perspective of Al-Quran and Neuroscience. This research approach is a qualitative type of literature. The data source of this research is a literature review. The data collection technique was carried out by searching for references in the google scholar data base through the keywords reason, qalb, al-quran and neuroscience. The collected data is then analyzed qualitatively by using a pattern of inductive and deductive thinking techniques. The results showed that the mind and qalb are functions of the brain, especially the frontal cortex and limbic system. Ahmad Zain SarnotoSiti Maria UlfaThis study concluded that social intelligence is a person's ability to understand other people and care about the social environment. This is based on the two dimensions of social intelligence from the perspective of the Koran that the authors found, namely the feeling dimension affective aspect and the action dimension psychomotic aspect. In the feeling dimension affective aspect consists of empathy and sincerity, while the action dimension psychomotic realm consists of helping, friendship, caring and communication. This means that the Qur'an describes the balance between habl ma'a Khaliqih and habl ma'a ikhwanih. Thus, this Quran-based cooperative learning model can help improve children's social intelligence. Cooperative learning is a learning model using a system of grouping students, who have different academic backgrounds, gender, race, or ethnicity heterogeneous. Cooperative learning can form interpersonal skills because there are elements of working together, helping each other, helping out and discussing. This is based on the two indicators of cooperative learning in the perspective of the Qur'an that the author found, namely helping and deliberation. The approach used in this study is a qualitative approach. While the method used is a thematic interpretation method. The data collection technique used is through literature studyTriana Rosalina NoorThis research aims to describe the religiosity of the elderly as seen from aspects of beliefs, rituals, knowledge, experience, and practice. This research was conducted in UPTD Griya Werdha Surabaya using a qualitative approach to phenomenology study as type. Retrieval data used in-depth interview techniques, observation, and documents five elderly Muslims using a purposive technique. The result of the research indicates that the spiritual dimension of the elderly has increased since in UPTD Griya Werdha Surabaya. The elderly forced their belief by carrying out religious rituals taught before and improved the quality to be better as they are now. Religious obtained through religious activities provided by the Griya Werdha through spiritual teachers who always help and assist the learning process. Also, the elderly become more mature in accepting their existence to prioritize God's prioritize closeness without forget to keep socializing with others. The wishes are elderly feel comfortable for the rest of their lives and can face death in husnul khotimah Roswantika NurrohmahAkhmad SyahidThis article stimulated by the fact that the aim education of the Al-Qur’an perspective and western education are still not understood by various group. This condition is influenced by the lack of curiosity about the educational goals of the Al-Qur’an perspektive and westren education. The aims of article was to give a clear picture about the aim education of Al-Qur’an perspective and western study revealed that the aims of education of the Al-Qur’an in relation and westren education can be known by the public. The implication of this current study is to create awareness among the society towards the educational objectives of Al-Quran and western education perspective. The method used in this study uses analytical methods, types of research, and research data sources. The data analysis method used is by using descriptive methods, namely a method that examines a condition, a system of thought or an event that occurs in the present. This type of research belong to the type of library research, namely research activities on existing data and literature. Key words The Aims Of Education, Al-Quran, Westren EducationAhmat Miftakul HudaSuyadiHumans are the perfect creation of Allah SWT. It lies within their mind. Moreover, they also have the brain as a control center for all human activities. This article aims to explain the concepts of al-quran and neuroscience as well as the study of the brain and mind in al-quran and neuroscience. The approach used was qualitative of Creswell model library research. Data sources were obtained from the literature in the fields of the brain and mind, al-quran and neuroscience. Data collection techniques had used Sugiyono model. The data analysis technique had used Moleong analysis model. The results of this study indicated that if humans use their brains and mind to think properly and correctly, they would be able to provide and to create new ideas in solving various problems. After humans are even more aware, they would increase the faith and devotion to HandrianiM SubhanPenelitian ini merupakan penelitian jenis ex-post facto yang memiliki tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1 hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Kota Bima,2 hubungan kecerdasan Intelektual terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Kota Bima, 3 hubungan kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri 2 Kota Bima, 4 hubungan kecerdasan Emosional, kecerdasan intelektual terhadap kecerdasan Spiritual siswa SMA Negeri 2 Kota Bima. Pengambilan sampel dlakukan tekhnik random sampling, 6 kelas sebagai kelas sampel penelitian yaitu kelas XI IPA I sebanyak 6 orang siswa, XI IPA II sebanyak 5 orang siswa, XI IPA III sebanyak 5 orang siswa , XI IPA IV sebanyak 5 orang siswa, kelas XI IPA V sebanyak 5 orang siswa, dan XI IPA VI sebanyak 5 orang jadi jumlah sampelnya sebanyak 31 orang siswa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket kecerdasan Emosional, kecerdasan Intelektual, kecerdasan Spiritual dan dokumentasi berupa nilai raport. Dalam penelitian ini analisis data menunjukan bahwa kuat hubungan kecerdasan Intektual, kecerdasan Emosional dan kecerdasan Spiriual terhadap prestasi belajar fisika siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis untuk ryx1 = 99%, ryx2 = 98% dan ryx3 = 99% sehingga hubungan kecerdasan itelektual, emosional dan spiritual terhadap prestasi belajar siswa sangat kuat. Untuk mengetahui ada hubungan 1 ada hubungan kecerdasan Intelektual terhadap prestasi belajar siswa penelitian yang diperoleh regresi linier sederhana variabel X₁ terhadap Y yang berbentuk Y = 89,4772 + -0,09.10, artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan harga Y jika X diketahui. Dari hasil perhitungan signifikansi diproleh pula Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu Thitung = 27,401 > Ftabel = 2,042. Ini membuktikan bahwa Y dipengaruhi oleh X₁, 2 Ada pengaruh kecerdasan Emosional terhadap prestasi belajar fiska siswa, hal ini dapat dilihat dari analisis regresi linear sederhana variabel X2 terhadap Y yang berbentuk Y = 66,2013 +0,228 .10, artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan hargaY jika X diketahui. Dari hasil perhitungan signifikansi diproleh pula Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu Thitung = 47,048 > Ftabel = 2,042. Ini membuktikan bahwa Y dipengaruhi juga oleh X2, 3 Ada pengaruh kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa, hal ini dapat dilihat dari analisis Regresi linier sederhana variabel X3 terhadap Y yang berbentuk Y = 72,0066 + 0,123, 10 artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk menaksirkan harga Y jika X diketahui. Dari hasil perhitungan signifikansi diproleh pula Thitung lebih besar dari pada Ttabel yaitu Thitung = 57,344 > Ttabel = 2,042. Ini membuktikan bahwa Y dipengaruhi juga oleh X3, 4 Ada pengaruh kecerdasan Intelektual, kecerdasan Emosional dan kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa, hal ini dapat dilihat dari analisis regresi linier parsial variabel X₁ , X2 dan X3 terhadap Y yang berbentuk Y = 0,981 0,994 + 0,996 menunjukan besarnya pengaruh antara variabel X₁, X2 dan variabel X3 terhadap Y. Koofisien determinan KP = 0,99, dari perhitungan memberikan arti bahwa besarnya pengaruh kecerdasan Emosional, kecerdasan Intelektual dan kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar fisika siswa adalah 0,99 atau 99%. Dengan demikian hipotesis Ho ditolak dan hipotesis Ha diterima. Sedemikian sehingga ketiga hipotesis dalam penelitian ini terbukti kebenarannya Heri KhoiruddinAdjeng Widya KustianiSD Istiqamah Kota Bandung merupakan yayasan sekolah yang memiliki konsep islami dengan memfokuskan terhadap pembelajaran Al-Quran, hal yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran Tahsin Al-Quran tersebut siswa merasa bosan dan kurang bersemangat. Tetapi dengan merubahnya metode yang digunakan dengan metode tilawati siswa memiliki kemajuan dalam pembelajaran Tahsin Al-Quran tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran di SD Istiqamah Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode peneltian deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan teknik studi dokumentasi. Manajemen Pembelajaran Tahsin Al-Quran dilakukan mulai Perencanaan, Pelaksanaan dan Penilaian sehingga pembelajaran Tahsin Al-Quran berjalan secara efektif dan efisien. Pengikatan kualitas pendidik, sarana dan prasarana pun terus dilakukan di SD Istiqamah Kota Bandung. Sehingga menghasilkan siswa yang lancar dalam bacaannya serta bisa melanjutkan ketahap Tahfidz Al-Quran dan menyelesaikannya sebanyak 2 Kunci Manajemen, Pembelajaran Tahsin Al-Quran dsG4IK.