Justrudalam waktu sesingkat itu, ia berhasil mempelopori perkembangan puisi modern di Indonesia. Puisi-puisi yang ditulis pada masa itu cenderung memiliki isi pemberontakan terhadap penjajahan dan harapan-harapan untuk menjadi rakyat yang bebas dari sebuah negara yang merdeka. 20+ Puisi WS Rendra Karya Fenomenal yang Melegenda;
rimakruciene - puisi karya ws rendraApakah ada yang belum pernah tahu, membaca, atau mendengar puisi karya W. S Rendra? Ya, siapa yang tak tahu dengan penyair kenamaan Indonesia yang memiliki nama asli Willibrordus Surendra Broto ini? Dalam dunia sastra, di Indonesia sendiri telah lahir banyak sastrawan terkemuka yang melegenda. Nama-namanya pun telah mendunia dan dapat menginspirasi bagi siapapun yang membaca dan merenungi puisi-puisinya. Salah satunya, ialah Rendra. Melihat nama Rendra saja, Anda pasti sudah tahu sosok penyair ini, karena beberapa puisi karya Rendra memang begitu dikenal sebagai penyair paling kaya di Indonesia. Tak heran, karena ia sangat produktif dalam menciptakan dan memanfaatkan metafora-metafora untuk mendukung citraan dramatik dan visual dalam shkazemiPuisi Rendra Paling PopulerJika Anda ingin tahu beberapa puisi karya W. S Rendra yang sangat populer, Anda bisa mengeceknya dengan membaca buku Puisi-puisi Cinta, Bentang Pustaka, Rendra. Terdapat 30 judul puisi cinta dalam buku tersebut. Puisi-puisi cinta tersebut ia bagi ke dalam tiga masa, yakni Puber Pertama 1954-1958 yang ia tulis pada masa kuliahnya di Universitas Gadjah Mada. Puber Kedua 1968-1977, yaitu puisi-puisi yang ditulis selepas ia kuliah di New York. TerakhirPuber Ketiga 1992-2003, berisi puisi-puisi yang ditulisnya dalam masa reformasi malam kembali membenamgugurlah semua yang bersamanyadi atas tempatmu terkuburgugurlah segala hal ikhwal antara kita ikhlaskan sajatiada janji kan jumpa di sorgakarena di sorga tiada kita kan perlu cuma lahir di bumidi mana segala berujung di tanah matiia mengikuti hidup manusiadan kalau hidup sendiri telah gugurgugur pula ia bersama tertinggal sedikit kenangantapi semata tiada lebih dari penipuanatau semacam pencegah bunuh ada pula kesedihanitu baginya semacam harga atau kehormatanyang sebentar akan pula asmara, embun di bunga –yang kita ambil cuma yang Puber Pertama terdapat 24 puisi kara W. S Rendra yang berisi tentang kisah percintaan remaja yang apa adanya. Manis dan romantis sekali. Puisi-puisi tersebut disajikan dalam bentuk pendek, ringan, dan sederhana, tetapi sangat menunjukkan perasaan orang yang sedang dilanda cinta. DNR
PotretPembangunan dalam Puisi —————— PAMPLET CINTA. Oleh : W.S. Rendra. Ma, nyamperin matahari dari satu sisi. Memandang wajahmu dari segenap jurusan. Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. Aku merindukan wajahmu, dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa. Kampus telah

– Salah satu penyair terbaik berkebangsaan Indonesia adalah Rendra. Karir beliau tak hanya sebatas penulis puisi saja, Beliau juga merupakan seorang penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater. WS Rendra juga mendapatkan sebuah julukan seniman sang Burung Merak. Biografi Rendra Willibrordus Surendra Broto Rendra, atau yang lebih dikenal publik sebagai Rendra, lahir pada 7 November 1935 di Kota Solo, dan merupakan anak dari pasangan suami istri R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Pendidikan WS Rendra TK Marsudirini, Yayasan Kanisius. SD SMA Katolik, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef, Solo tamat pada tahun 1955. Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Mendapat beasiswa American Academy of Dramatic Arts 1964–1967. Bakat WS Rendra sudah terlihat ketika Dia masih menginjak sekolah SMP. Bakat tersebut meliputi menulis puisi, cerpen, naskah drama, bahkan mampu berakting di pentas drama. WS Rendra mempublikasikan karya puisinya di majalah siasat yang terbit tahun 1952. Semenjak saat itu karya beliau mulai menghiasi media cetak lainnya. Drama pertama buatannya yang berjudul “kaki palsu”, yang dipentaskan ketika Beliau masih SMP, telah mendapatkan penghargaan hadiah pertama dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Karya-karya buatan WS Rendra terkenal di Indonesia dan terkenal di luar negeri. Ada beberapa karya Beliau yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris, belanda, Jerman, Jepang, dan India. Karena masalah ekonomi, Pada tahun 1977, Rendra pergi ke Jakarta dan pindah ke Depok. Kemudian di Tahun 1985, Rendra membangun sebuah Bengkel Theater Rendra sebagai pusat dari kegiatan seninya, dan bengkel theter rendra tersebut masih ada hingga sekarang. Pada Usia 24 tahun Rendra menikah dengan istri pertamanya, Sunarti Suwandi, yang menikah pada 31 Maret 1959, dan dikaruniai 5 anak. Rendra kemudian menikah dengan istri kedua, Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, pada tahun 1971, dan memperoleh 4 anak. Dari peristiwa ini muncul beberapa kontroversi di pikiran orang-orang jika WS Rendra pindah ke agama islam karena untuk poligami. Lalu WS Rendra menikah untuk yang ketiga kalinya dengan ken Zuraida dan mendapatkan 2 anak. Namun di pernikahan kegita itu, WS Rendra bercerai dengan Sitoresmi pada 1979, dan Surnarti pada 1981. WS Rendra terkenal dengan julukan Sang burung merak. Konon katanya hal ini bermula, ketika teman Rendra yang datang dari Australia mampir ke Indonesia. Kemudian Rendra mengajak temannya tersebut ke kebun binatang. Lalu rendra menunjuk ke arah burung merak, sambil berkata, “Itu adalah Saya”. Teman dari Australia itu pun setuju kalau WS Rendra diibaratkan seperti burung merak yang indah. Erwin Pratama akan memberikan Kumpulan Puisi WS Rendra. 1. Puisi Gugur karya Rendra GUGUR Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Tiada kuasa lagi menegak Telah ia lepaskan dengan gemilang pelor terakhir dari bedilnya Ke dada musuh yang merebut kotanya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Ia sudah tua luka-luka di badannya Bagai harimau tua susah payah maut menjeratnya Matanya bagai saga menatap musuh pergi dari kotanya Sesudah pertempuran yang gemilang itu lima pemuda mengangkatnya di antaranya anaknya Ia menolak dan tetap merangkak menuju kota kesayangannya Ia merangkak di atas bumi yang dicintainya Belumlagi selusin tindak mautpun menghadangnya. Ketika anaknya memegang tangannya ia berkata Yang berasal dari tanah kembali rebah pada tanah. Dan aku pun berasal dari tanah tanah Ambarawa yang kucinta Kita bukanlah anak jadah Kerna kita punya bumi kecintaan. Bumi yang menyusui kita dengan mata airnya. Bumi kita adalah tempat pautan yang sah. Bumi kita adalah kehormatan. Bumi kita adalah juwa dari jiwa. Ia adalah bumi nenek moyang. Ia adalah bumi waris yang sekarang. Ia adalah bumi waris yang akan datang. Hari pun berangkat malam Bumi berpeluh dan terbakar Kerna api menyala di kota Ambarawa Orang tua itu kembali berkata Lihatlah, hari telah fajar ! Wahai bumi yang indah, kita akan berpelukan buat selama-lamanya ! Nanti sekali waktu seorang cucuku akan menacapkan bajak di bumi tempatku berkubur kemudian akan ditanamnya benih dan tumbuh dengan subur Maka ia pun berkata -Alangkah gemburnya tanah di sini! Hari pun lengkap malam ketika menutup matanya. Arti Puisi Gugur Karya WS Rendra Seorang pahlawan yang tengah sekarat, yang bahkan tak mampu untuk berdiri dan berjalan. Dia telah melawan penjajah dengan senjata api miliknya. Pahlawan tersebut sudah berusia tua dan badannya penuh luka. Walaupun begitu Dia tetap kuat bagaikan harimau dan berhasil mengusir musuh dari kotanya, Ambarawa. Pahlawan tua itu menolak untuk ditolong, bahkan oleh anaknya sendiri. Saat kematian menghampirinya, Pahlawan itu berkata pada anaknya, Bumi Kita Indonesia adalah sesuatu yang berharga yang harus dilindungi. Pahlawan tua tersebut menghembuskan nafas terakhirnya, mati demi membela Kota Ambarawa. 2. Puisi Kangen Karya Rendra KANGEN Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku menghadapi kemerdekaan tanpa cinta kau tak akan mengerti segala lukaku kerna cinta telah sembunyikan pisaunya Membayangkan wajahmu adalah siksa Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan Engkau telah menjadi racun bagi darahku Apabila aku dalam kangen dan sepi itulah berarti aku tungku tanpa api Arti Puisi Kangen Karya WS Rendra Penulis WS Rendra ingin mengatakan bahwa seseorang wanita yang Dia rindukan tidak akan mengerti perasaan kesepian akibat melajang jomblo. Penulis merasakan sakit tanpa alasan yang jelas karena mencintai “Kau”. Menahan rindu adalah adalah hal yang menyakitkan, bahkan hanya untuk membayangkan wajah orang yang dicintai. Namun penulis hanya bisa menahan perasaan rindu ini. Orang yang dicintai oleh penulis telah merasuki pikirannya. Penulis merasakan kesepian karena merindukan seseorang, namun Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa bertemu dengan orang yang dicintai. 3. Puisi Surat Cinta Karya Rendra SURAT CINTA Kutulis surat ini kala hujan gerimis bagai bunyi tambur yang gaib, Dan angin mendesah mengeluh dan mendesah, Wahai, dik Narti, aku cinta kepadamu ! Kutulis surat ini kala langit menangis dan dua ekor belibis bercintaan dalam kolam bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulu-bulunya, Wahai, dik Narti, kupinang kau menjadi istriku ! Kaki-kaki hujan yang runcing menyentuhkan ujungnya di bumi, Kaki-kaki cinta yang tegas bagai logam berat gemerlapan menempuh ke muka dan tak kan kunjung diundurkan Selusin malaikat telah turun di kala hujan gerimis Di muka kaca jendela mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta Wahai, dik Narti dengan pakaian pengantin yang anggun bunga-bunga serta keris keramat aku ingin membimbingmu ke altar untuk dikawinkan Aku melamarmu, Kau tahu dari dulu tiada lebih buruk dan tiada lebih baik dari yang lain­ penyair dari kehidupan sehari-hari, orang yang bermula dari kata kata yang bermula dari kehidupan, pikir dan rasa Semangat kehidupan yang kuat bagai berjuta-juta jarum alit menusuki kulit langit kantong rejeki dan restu wingit Lalu tumpahlah gerimis Angin dan cinta mendesah dalam gerimis. Semangat cintaku yang kuat bagai seribu tangan gaib menyebarkan seribu jaring menyergap hatimu yang selalu tersenyum padaku Engkau adalah putri duyung tawananku Putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut, mendesahlah bagiku ! Angin mendesah selalu mendesah dengan ratapnya yang merdu. Engkau adalah putri duyung tergolek lemas mengejap-ngejapkan matanya yang indah dalam jaringku Wahai, putri duyung, aku menjaringmu aku melamarmu Kutulis surat ini kala hujan gerimis kerna langit gadis manja dan manis menangis minta mainan. Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan dan langit iri melihatnya Wahai, Dik Narti kuingin dikau menjadi ibu anak-anakku ! Arti Puisi Surat Cinta Karya Ws Rendra Surat cinta ini sebenarnya ditujukkan untuk Sunarti Suwandi istri pertama WS Rendra. Penulis WS Rendra menulis surat cinta yang dikhusukan untuk Dik Narti Sunarti Suwandi. Karena kedekatannya dengan Dik narti, penulis ingin melamar Dik Narti sebagai istrinya. Penulis ingin Dik Narti memakai pakaian pengantin dan berharap menerima sosok penulis sebagai pasangan hidupnya. Bagai putri duyung, Kecantikan Dik Narti membuat Penulis ingin menangkapnya, memilikinya, dan melamarnya. Terakhir penulis ingin Dik Narti menjadi seorang ibu dari anak-anak Mereka berdua. Atau penulis ingin memiliki anak dari Dik Narti. 4. Puisi Hei, Ma! karya Rendra Hei, Ma! Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku Tetapi hidup yang tidak hidup karena kehilangan daya dan kehilangan fitrahnya Ada malam-malam aku menjalani lorong panjang tanpa tujuan kemana-mana Hawa dingin masuk ke badanku yang hampa padahal angin tidak ada Bintang-bintang menjadi kunang-kunang yang lebih menekankan kehadiran kegelapan Tidak ada pikiran, tidak ada perasaan, tidak ada suatu apa….. Hidup memang fana Ma, Tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada Kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara, dijauhi ayah bunda dan ditolak para tetangga Atau aku terlantar di pasar, aku berbicara tetapi orang-orang tidak mendengar Mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita Aku marah, aku takut, aku gemetar, namun gagal menyusun bahasa Hidup memang fana Ma, itu gampang aku terima Tetapi duduk memeluk lutut sendirian di savanna membuat hidupku tak ada harganya Kadang-kadang aku merasa ditarik-tarik orang kesana-kemari, mulut berbusa sekedar karena tertawa Hidup cemar oleh basa-basi dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran edan yang tanpa persoalan, atau percintaan tanpa asmara, dan senggama yang tidak selesai Hidup memang fana, tentu saja Ma Tetapi akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjerit-jerit sambil tak tahu kenapa Rasanya setelah mati berulang kali tak ada lagi yang mengagetkan dalam hidup ini Tetapi Ma, setiap kali menyadari adanya kamu di dalam hidupku ini aku merasa jalannya arus darah di sekujur tubuhku Kelenjar-kelenjarku bekerja, sukmaku menyanyi, dunia hadir, cicak di tembok berbunyi, tukang kebun kedengaran berbicara kepada putranya Hidup menjadi nyata, fitrahku kembali Mengingat kamu Ma adalah mengingat kewajiban sehari-hari Kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi Kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma Masing-masing pihak punya cita-cita, masing-masing pihak punya kewajiban yang nyata Hai Ma, apakah kamu ingat aku peluk kamu di atas perahu Ketika perutmu sakit dan aku tenangkan kamu dengan ciuman-ciuman di lehermu Masya Allah, aku selalu kesengsam dengan bau kulitmu Ingatkah waktu itu aku berkata Kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna Wuah aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini Dan apabila aku menulis sajak aku juga merasa bahwa Kemaren dan esok adalah hari ini Bencana dan keberuntungan sama saja Langit di luar langit di badan bersatu dalam jiwa Sudah ya Ma… Arti Puisi Hai Ma Karya WS Rendra Secara garis besar ini adalah puisi tentang ibu. Puisi tentang anak yang ditinggal oleh seorang ibu atau puisi tentang Ibu yang menelantarkan anaknya. Kata “Ma” dalam puisi tersebut bisa memiliki arti sebagai “mama”. Yang membuat takut penulis WS Rendra adalah kehilangan sosok seorang ibu. Yang mana penulis merasa hampa dalam hidupnya. Penulis merasa jika Dirinya dijauhi oleh Ayah, Ibu, dan bahkan tetangganya. Penulis ingin mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, tetapi tidak ada yang mau mendengarkan. Ketika Penulis sebagai anak menyadari pentingnya kehadiran sosok seorang Ibu dalam hidupnya, Hidupnya menjadi lebih hidup, dan fitrahnya sebagai seorang anak telah kembali. Penulis kemudian mengingat kembali kenangan indah bersama ibunya. Terakhir, walau sudah tak bersama, namun sosok seorang ibu masih melekat di hati dan jiwa. 5. Puisi Lagu Seorang Gerilya Karya Rendra Lagu Seorang Gerilya Engkau melayang jauh, kekasihku. Engkau mandi cahaya matahari. Aku di sini memandangmu, menyandang senapan, berbendera pusaka. Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu, engkau berkudung selendang katun di kepalamu. Engkau menjadi suatu keindahan, sementara dari jauh resimen tank penindas terdengar menderu. Malam bermandi cahaya matahari, kehijauan menyelimuti medan perang yang membara. Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku, engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu Peluruku habis dan darah muncrat dari dadaku. Maka di saat seperti itu kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan bersama kakek-kakekku yang telah gugur di dalam berjuang membela rakyat jelata Arti Puisi Lagu Seorang Gerilya Karya WS Rendra Puisi ini sebenarnya ditujukan untuk putra WS Rendra yang bernama Isaias Sadewa. Kemungkinan Ini merupakan puisi perjuangan melawan pemerintahan selama orde baru 1998. Penulis WS Rendra mengikhlaskan Putranya Isaias Sadewa untuk pergi berperang atau berjuang. Berangkat dari tempat tinggalnya, Putra tersebut menuju ke lokasi pertempuran, yang bahkan sudah terdengar suara mobil lapis baja. Didalam suasana yang penuh kekacauan, walau banyak tembakan dikeluarkan, Sosok putra tersebut menjadi bersinar dengan gagah di mata penulis. Sang ayah sudah tua dan hanya bisa menyemangati anaknya yang berjuang membela para rakyat kelas bawah dari penguasa rezim. 6. Puisi Sajak Anak Muda Karya Rendra SAJAK ANAK MUDA Kita adalah angkatan gagap yang diperanakkan oleh angkatan takabur. Kita kurang pendidikan resmi di dalam hal keadilan, karena tidak diajarkan berpolitik, dan tidak diajar dasar ilmu hukum. Kita melihat kabur pribadi orang, karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa. Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus, karena tidak diajar filsafat atau logika. Apakah kita tidak dimaksud untuk mengerti itu semua? Apakah kita hanya dipersiapkan untuk menjadi alat saja? Inilah gambaran rata-rata pemuda tamatan SLA, pemuda menjelang dewasa. Dasar pendidikan kita adalah kepatuhan. Bukan pertukaran pikiran. Ilmu sekolah adalah ilmu hapalan, dan bukan ilmu latihan menguraikan. Dasar keadilan di dalam pergaulan. serta pengetahuan akan kelakuan manusia, sebagai kelompok atau sebagai pribadi, tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji. Kenyataan di dunia menjadi remang-remang. Gejala-gejala yang muncul lalu lalang, tidak bisa kita hubung-hubungkan. Kita marah pada diri sendiri. Kita sebal terhadap masa depan. Lalu akhirnya, menikmati masa bodoh dan santai. Di dalam kegagapan, kita hanya bisa membeli dan memakai, tanpa bisa mencipta. Kita tidak bisa memimpin, tetapi hanya bisa berkuasa, persis seperti bapak-bapak kita. Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat. Di sana anak-anak memang disiapkan untuk menjadi alat dari industri. Dan industri mereka berjalan tanpa henti. Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa? Kita hanya menjadi alat birokrasi! Dan birokrasi menjadi berlebihan tanpa kegunaan – menjadi benalu di dahan. Gelap. Pandanganku gelap. Pendidikan tidak memberikan pencerahan. Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan. Gelap. Keluh kesahku gelap. Orang yang hidup di dalam pengangguran. Apakah yang terjadi di sekitarku ini? Karena tidak bisa kita tafsirkan, lebih enak kita lari ke dalam puisi ganja. Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini? Apakah ini? Apakah ini? Ah, di dalam kemabukan, wajah berdarah akan terlihat sebagai bulan. Mengapa harus kita terima hidup begini? Seseorang berhak diberi ijasah dokter, dianggap sebagai orang terpelajar, tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan. Dan bila ada tirani merajalela, ia diam tidak bicara, kerjanya cuma menyuntik saja. Bagaimana? Apakah kita akan terus diam saja? Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum dianggap sebagai bendera-bendera upacara, sementar hukum dikhianati berulang kali. Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi dianggap bunga plastik, sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi. Kita berada di dalam pusaran tata warna yang ajaib dan tak terbaca. Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan. Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan. Dan bila luput, kita memukul dan mencakar ke arah udara. Kita adalah angkatan gagap. Yang diperanakkan oleh angkatan kurang ajar. Daya hidup telah diganti oleh nafsu. Pencerahan telah diganti oleh pembatasan. Kita adalah angkatan yang berbahaya. Arti Puisi Sajak Anak Muda Karya WS Rendra Secara keseluruhan Puisi ini mengkritik anak muda atau generasi muda yang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Rezim pemerintahan. Kita adalah generasi bodoh, Yang tidak memahami tentang keadilan, karena tidak diajarkan ilmu politik dan hukum. Kita hanya bisa melihat orang lain dengan berprasangka buruk, karena tidak diajarkan dasar logika. Penulis WS Rendra mempertanyakan posisi generasi muda yang hanya bisa menjadi “ALAT” penguasa. Generasi muda hanya bisa untuk patuh pada penguasa, bukan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran. Dasar kemanusiaan yang sesungguhnya diangap sebagai Hal yang tidak begitu penting. Dengan keadaan yang tidak jelas tersebut, akhirnya generasi muda merasa masa bodoh dan hidup santai. Manusia hanya bisa menjadi konsumen, Tak bisa menjadi pemimpin, hanya bisa menjadi Penguasa. Manusia hanya dijadikan sebagai alat birokrasi oleh penguasa semata. Penulis Rendra kemudian memilih menjadi penyair daripada memikirkan kesemerawutan negeri. Karena banyak penguasa yang dipilih tanpa melihat kemampuannya. Mereka penguasa Hanya dilihat/dipilih dari nilai ijazah, tanpa melihat apa yang bisa dilakukannya untuk negeri. 7. Puisi Gumamku, ya Allah Karya Rendra Gumamku, Ya Allah Angin dan langit dalam diriku, gelap dan terang di alam raya, arah dan kiblat di ruang dan waktu, memesona rasa duga dan kira, adalah bayangan rahasia kehadiran-Mu, ya Allah! Serambut atau berlaksa hasta entah apa bedanya dalam penasaran pengertian. Musafir-musafir yang senantiasa mengembara. Umat manusia tak ada yang juara. Api rindu pada-Mu menyala di puncak yang sepi. Semua manusia sama tidak tahu dan sama rindu. Agama adalah kemah para pengembara. Menggema beragam doa dan puja. Arti yang sama dalam bahasa-bahasa berbeda. Arti Puisi Gumamku ya Allah Karya WS Rendra Puisi ini tentang keagamaan dan tentang ketuhanan. Kiblat adalah pusat dari dunia ini. Adalah Tempat dimana kira-kira manusia menganggap Allah berada di sana. Para manusia yang berkelana di dunia fana ini tidak akan mendapatkan kemenangan kecuali Mereka yang rindu kepada Tuhan. Semua manusia tidak bisa melihat Tuhan Mereka namun Mereka rindu kepada sosok Tuhan. Agama adalah dimana manusia berpulang, agama adalah tiang-tiang pondasi rumah keimanan. Walaupun Doa umat islam berbahasa Arab, namun memiliki arti yang sama dalam semua bahasa. COntoh Allahu Akbar Allah Maha Besar, Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. 8. Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya WS Rendra Aku tulis pamplet ini Aku Tulis Pamplet Ini karena lembaga pendapat umum ditutupi jaring labah-labah Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk, dan ungkapan diri ditekan menjadi pengiyaan Apa yang terpegang hari ini bisa luput besok pagi Ketidakpastian merajalela. Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki menjadi marabahaya menjadi isi kebon binatang Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan Aku tulis pamplet ini karena pamplet bukan tabu bagi penyair Aku inginkan merpati pos. Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian. Aku tidak melihat alasan kenapa harus diam tertekan dan termangu. Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar. Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju. Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran ? Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan. Ketegangan telah mengganti pergaulan pikiran yang merdeka. Matahari menyinari airmata yang berderai menjadi api. Rembulan memberi mimpi pada dendam. Gelombang angin menyingkapkan keluh kesah yang teronggok bagai sampah Kegamangan. Kecurigaan. Ketakutan. Kelesuan. Aku tulis pamplet ini karena kawan dan lawan adalah saudara Di dalam alam masih ada cahaya. Matahari yang tenggelam diganti rembulan. Lalu besok pagi pasti terbit kembali. Dan di dalam air lumpur kehidupan, aku melihat bagai terkaca ternyata kita, toh, manusia ! Arti Puisi Aku Tulis Pamplet Ini Karya WS Rendra Pamplet adalah lembaran kertas yang dilipat, yang isinya terdapat tulisan maupun gambar. Secara garis besar puisi ini adalah kritikan dari WS Rendra untuk pemerintahan Orde Baru. Aku tulis pesan ini yang berisi kritikan untuk pemerintahan.. Karena lembaga pendapat umum lembaga pers penuh dengan jebakan. Rakyat hanya bisa mengeluh, dan Rakyat hanya bisa meng-IYA-kan birokrasi pemerintah. Ketetapan/hukum/aturan pemerintah yang telah diputuskan hari ini, bisa berubah esok hari. ketidakpastian sistem di negeri ini semakin merajalela. Orang yang bukan penguasa, hidupnya menjadi tidak jelas. Hanya penguasa yang hidupnya terjamin. Lembaga pendapat umum tidak menyalurkan aspirasi rakyat, hanya menyiarkan kampanye-kampanye penguasa, yang berakhir sebagai monopoli kekuasaan politik. Penulis WS Rendra hanya bisa mengeluarkan isi pikirannya lewat pamplet ini. Yang isinya negeri dalam sinyal bahaya. Penulis hanya ingin agar rakyat bisa bertukar pikiran dengn dengan para penguasa, bukannya hanya bisa pasrah menerima aturan pemerintah. Belenggu pemerintah kepada rakyat membuat rakyat tidak bisa mengaspirasikan pendapat Mereka. Penguasa hanya dapat membuat rakyat menangis dan bersedih. Pemerintah dan rakyat seperti halnya kawan dan lawan, namun Mereka semua adalah saudara, dan sama-sama orang Indonesia. Tapi beginilah kehidupan, ada yang susah, ada yang gembira. Toh inilah cerminan kehidupan manusia yang sesungguhnya. 9. Puisi Maskumambang Karya Rendra Maskumambang Kabut fajar menyusut dengan perlahan. Bunga bintaro berguguran di halaman perpustakaan. Di tepi kolam, di dekat rumpun keladi, aku duduk di atas batu, melelehkan air mata. Cucu-cucuku! Zaman macam apa, peradaban macam apa, yang akan kami wariskan kepada kalian! Jiwaku menyanyikan tembang maskumambang. Kami adalah angkatan pongah. Besar pasak dari tiang. Kami tidak mampu membuat rencana manghadapi masa depan. Karena kami tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa lalu, dan tidak menguasai ilmu untuk membaca tata buku masa kini, maka rencana masa depan hanyalah spekulasi keinginan dan angan-angan. Cucu-cucuku! Negara terlanda gelombang zaman edan. Cita-cita kebajikan terhempas waktu, lesu dipangku batu. Tetapi aku keras bertahan mendekap akal sehat dan suara jiwa, biarpun tercampak di selokan zaman. Bangsa kita kini seperti dadu terperangkap di dalam kaleng utang, yang dikocok-kocok oleh bangsa adikuasa, tanpa kita berdaya melawannya. Semuanya terjadi atas nama pembangungan, yang mencontoh tatanan pembangunan di zaman penjajahan. Tatanan kenegaraan, dan tatanan hukum, juga mencontoh tatanan penjajahan. Menyebabkan rakyat dan hukum hadir tanpa kedaulatan. Yang sah berdaulat hanyalah pemerintah dan partai politik. O, comberan peradaban! O, martabat bangsa yang kini compang-camping! Negara gaduh. Bangsa rapuh. Kekuasaan kekerasan merajalela. Pasar dibakar. Kampung dibakar. Gubuk-gubuk gelandangan dibongkar. Tanpa ada gantinya. Semua atas nama takhayul pembangunan. Restoran dibakar. Toko dibakar. Gereja dibakar. Atas nama semangat agama yang berkobar. Apabila agama menjadi lencana politik, maka erosi agama pasti terjadi! Karena politik tidak punya kepala. Tidak punya telinga. Tidak punya hati. Politik hanya mengenal kalah dan menang. Kawan dan lawan. Peradaban yang dangkal. Meskipun hidup berbangsa perlu politik, tetapi politik tidak boleh menjamah ruang iman dan akal di dalam daulat manusia! Namun daulat manusia dalam kewajaran hidup bersama di dunia, harus menjaga daulat hukum alam, daulat hukum masyarakat, dan daulat hukum akal sehat. Matahari yang merayap naik dari ufuk timur telah melampaui pohon jinjing. Udara yang ramah menyapa tubuhku. Menyebar bau bawang goreng yang digoreng di dapur. Berdengung sepasang kumbang yang bersenggama di udara. Mas Willy! istriku datang menyapaku. Ia melihat pipiku basah oleh air mata. Aku bangkit hendak berkata. Sssh, diam! bisik istriku, Jangan menangis. Tulis sajak. Jangan bicara. Arti Puisi Maskumambang Karya WS Rendra Puisi ini dibuat pada era reformasi, sekitar tahun 2006. Penulis Rendra sedang duduk dengan perasaan sedih. penulis kemudian termenung, Apa yang bisa diwariskan kepada generasi muda. Kami generasi tua, Lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan, yang akhirnya tidak mempunya rencana masa depan. Kami generasi tua, tidak belajar pengalaman dari masa lalu, tidak belajar tentang masa kini, sehingga masa depan terlihat samar-samar. Wahai generasi muda, negara sedang terombang ambing. Tapi Aku WS Rendra tetap bertahan melawan kebusukan zaman. Negeri Indonesia ini seolah-olah tidak jelas tujaunnya kemana, terjerat oleh hutang, dikendalikan oleh negara maju, yang mana hal ini dilakukan atas nama pembangunan, sepertinya negeri ini masih dijajah. Tatanan kenegaraan dan hukum tidak berdaulat sebagai semestinya, dan hanyalah alat permainan politik pemerintah. Bangunan dihancurkan atas nama pembangunan, tanpa uang ganti rugi yang setimpal. Jika agama dijadikan alat berpolitik, maka agama bisa rusak. Politik tidak mengenal nurani, hanya mengenal menang dan kalah. Walaupun suatu bangsa perlu berpolitik, namun harus disertai iman dan akal. Manusia yang berdaulat haruslah memiliki akal sehat. 10. Puisi Lagu Serdadu Karya Rendra Lagu Serdadu Kami masuk serdadu dan dapat senapan ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang Yoho, darah kami campur arak! Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali Wahai, tanah yang baik untuk mati Dan kalau ku telentang dengan pelor timah cukilah ia bagi puteraku di rumah Arti Puisi lagu Serdadu karya WS Rendra Prajurit yang siap berperang dengan membawa senapan. Walau Ibu Kami Ibu dari para prajurit menangis, tetapi prajurit tetap harus pergi berperang. Walau darah Kami menjadi kotor karena membunuh musuh, namun mimpi Kamu tetap ingin menjadi seorang pahlawan perang. Nenek moyang Kita bercerita jika Indonesia ini indah, sebuah tempat yang indah untuk meninggal dalam pertempuran. Walau Aku prajurit tertembak oleh peluru, Tolong ampuni dosa Kami karena mmebunuh musuh, dan Kami prajurit berharap agar anak generasi muda mendoakan kami dari tempatnya/kediamannya.

KumpulanPuisi WS. Rendra - W.S Rendra bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra, beliau lahir di Solo tanggal 7 November 1935. Beliau adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok.
Puisi Hai, Kamu! Karya Rendra Hai, Kamu! Luka-luka di dalam lembaga, untaian keangkuhan kekerdilan jiwa, noda di dalam pergaulan antar manusia duduk di dalam kemacetan angan-angan. Aku berontak dengan memandang cakrawala. Jari-jari waktu menggamitku. Aku menyimak kepada arus kali. Lagu margasatwa agak mereda. Indahnya ketenangan turun ke hatiku. Lepas sudah himpitan-himpitan yang mengekangku. Jakarta, 29 Februari 1978Sumber Potret Pembangunan dalam Puisi 1993Puisi Hai, Kamu!Karya Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta Solo, Jawa Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 pada usia 73 tahun di Depok, Jawa Barat.
  1. Ωду тоγխֆቯ ኩи
  2. Еср ядиመаклоφ
  3. Թօсясру аሃаնιсе
    1. Տодриκ θ итօвυζоме
    2. Թևմуц ዋቲеձуփυ ኻοсатխвра ዶαрυς
    3. Ктуψυμኜ π
Puisiws rendra : Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon. Inilah sajakku, seorang tua yang berdiri di bawah pohon meranggas, dengan kedua tangan kugendong di belakang, dan rokok kretek yang padam di mulutku. Aku memandang zaman. Aku melihat gambaran ekonomi di etalase toko yang penuh merk asing, dan jalan-jalan bobrok antar desa yang tidak memungkinkan pergaulan. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Puisi adalah salah satu jenis karya sastra. Menurut Menurut Waluyo dalam Azizah 2015 puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata yang kias atau imajinatif. Puisi diringkas dengan kata-kata yang indah sehingga dapat disebut sebagai mahakarya. Setiap puisi pula memiliki pesan setiap baitnya, maka setiap penyair atau pencipta puisi memiliki gaya kepenulisannya atau ciri khas Indonesia, banyak sekali penyair-penyair terkenal, WS Rendra contohnya. Rendra atau lengkapnya Wahyu Sulaiman Rendra adalah penyair terkenal dengan ciri khas puisinya yaitu tentang isu-isu sosial seperti kesenjangan dan masalah lingkungan lainnya. WS Rendra bahkan mengatakan bahwa "Apakah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan? Apakah artinya berpikir bila terpisah dari masalah keshidupan". Kutipan tersebut menggambarkan bahwa puisi bukan hanya bait-bait dengan keindahan semata. Salah satu karya WS Rendra adalah Sajak Orang Kepanasan. Puisi Sajak Orang Kepanasan adalah puisi bertemakan sosial. Dari judulnya menggambarkan bahwa puisi ini mewakili orang dengan status sosial dibawah. Hal tersebut dapat diperjelas lagi melalui bait puisi yaitu "Karena kami telantar dijalan dan kamu memiliki semua keteduhan" yang dapat dipahami bahwa terdapat perbedaan atau kesenjangan antara orang kaya dengan kehidupannya yang mewah nan nyamannya dan orang miskin dengan kehidupannya yang susah. Puisi ini memiliki banyak pesan didalamnya, maka dari itu mari kita analisis lebih lanjut mengenai puisi Sajak Orang Kepanasan karya WS Rendra ini. Sajak Orang KepanasanOleh WS RendraKarena kami makan akardan terigu menumpuk di gudangmu. Karena kami hidup berhimpitandan ruangmu berlebihanmaka kita bukan sekutu. 1 2 3 4 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Dalampikiran-pikiran waktu gerilya Di waktu kebebasan adalah impian keabadian Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra. Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 3) Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 2) Kumpulan Puisi Karya WS.Rendra (Bagian 1) Monggo Di isi Buku Tamu'ne. Daftar Isi.
WS Rendra adalah salah satu sastrawan Indonesia yang memiliki banyak karya memukau. Ia telah melahirkan banyak puisi yang memiliki makna mendalam. Sebagai generasi muda, Anda harus mengetahui apa saja puisi WS Rendra yang paling populer dan melegenda! Daftar ISIKumpulan Puisi WS Rendra yang Melegenda1. Temperamen 2. Telah Satu3. Kekasih4. Hai, Ma!5. Rambut6. Gereja Ostankino7. Permintaan8. Kami Berdua9. Dua Burung10. Optimisme11. Kegemarannya12. Pahatan13. Janganlah Jauh14. Lagu Seorang Gerilya15. Sanatorium ChakhalinagaraSudah Tahu Kumpulan Puisi Melegenda dari WS Rendra? WS Rendra dikenal sebagai penyair terkaya di Indonesia. Hal ini karena ia sangat produktif dalam menciptakan karya-karya puisi fenomenal. Selain itu, ia juga dijuluki sebagai Si Burung Merak. Nah, berikut ini beberapa kumpulan puisi WS Rendra 1. Temperamen Batu kali, Ditimpa oleh terik matahari. Betapa panasnya! Ketika malam kembali membenam, Kali pun tenteram. Bulannya sejuk, Dan air bernyanyi, Tiada henti. Jika kita marah, Pada kekasih, Selamanya. 2. Telah Satu Gelisahmu adalah gelisahku. Berjalanlah kita sambil bergandengan tangan, Dalam hidup yang nyata, Dan kita dicintai. Lama kita saling bertatap mata, Dan semakin mengerti, Tak lagi bisa dipisahkan. Engkau adalah peniti yang telah disematkan. Aku adalah perahu yang sudah berlabuh dan ditambatkan. Dan, kita adalah lava yang tak bisa kembali diuraikan. 3. Kekasih Kekasihku seperti burung murai. Suaranya merdu. Matanya kaca. Hatinya biru. Kekasihku seperti burung murai. Bersarang indah di dalam hati. Muraiku, hati kita adalah pelangi yang punya selusin warna. 4. Hai, Ma! Ma, bukan maut yang menggetarkan hatiku. Namun, hidup yang tak hidup. Sebab kehilangan daya dan fitrahnya. Ada malam-malam aku berjalan di lorong panjang. Tanpa tujuan kemana-mana. Hawa dingin masuk ke tubuhku yang hampa. Padahal angin tidak ada. Bintang-bintang yang menjadi kunang-kunang. Lebih menekankan kehadiran penuh kegelapan. Tak ada pikiran, tak ada perasaan, tak ada suatu apa. Hidup memang fana, Ma! Namun keadaan yang tidak berdaya membuat diriku tak ada. Terkadang aku merasa dibuang ke belantara. Dijauhi oleh Ayah Bunda dan ditolak para tetangga. Atau kadang aku terlantar di pasar. Aku berbicara, namun orang-orang tidak mendengarnya. Mereka merobek-robek buku dan menertawakan cita-cita. Aku marah, aku takut, aku gemetar. Tetapi aku gagal menyusun bahasa. Hidup memang fana, Ma! Itu mudah aku terima. Namun, aku duduk memeluk lutut sendirian di savana. Membuat hidupku tidak ada harganya. Terkadang aku merasa ditarik-tarik oleh orang ke sana ke mari. Mulutku berbusa sekedar untuk tertawa. Hidup tercemar oleh basa basi. Dan orang-orang mengisi waktu dengan pertengkaran yang edan. Yang tanpa persoalan. Atau percintaan tanpa asmara. Dan sanggama yang tak selesai. Hidup memang fana, Ma! Namun, akrobat pemikiran dan kepalsuan yang dikelola, mengacaukan isi perutku lalu mendorong aku menjerit-jerit. Sembari tidak tahu mengapa. Rasanya seperti telah mati berulang kali. Tidak ada lagi yang membuat kaget dalam hidup ini. Namun Ma, setiap kali menyadari ada kamu dihidupku ini, aku merasa arus darah di seluruh badanku. Kelenjar-kelenjar milikku bekerja. Sukmaku bernyanyi, dunia hadir kembali. Cicak di tembok berbunyi. Tukang kebun terdengar bicara pada putranya. Hidup menjadi nyata, fitrahku kembali. Mengingatkan kepadamu Ma, adalah mengingat kewajiban sehari-hari. Kesederhanaan bahasa prosa, keindahan isi puisi. Kita selalu asyik bertukar pikiran ya Ma? Masing-masing pihak miliki cita-cita. Masing-masing pihak miliki kewajiban yang nyata Hai Ma! Apakah kamu ingat, aku peluk kamu di atas perahu? Ketika perutmu sakit dan aku menenangkanmu, dengan ciuman-ciuman di lehermu? Masyaallah… Aku selalu terpesona pada bau kulitmu! Ingatkah waktu itu aku [pernah berkata Kiamat boleh tiba, hidupku penuh makna. Hehe wah.. Aku memang tidak rugi ketemu kamu di hidup ini. Dan jika aku menulis sajak-sajak. Aku juga merasa bahwa kemarin dan esok, adalah hari ini. Bencana dan keberuntungan itu sama saja. Langit di luar dan langit di badan bersatu dalam satu jiwa. Sudah ya, Ma! 5. Rambut Berikut ini contoh puisi WS Rendra yang bermakna kerinduan kepada kekasih Rambut kekasihku, Sangatlah indah dan panjang. Katanya, Rambut itu yang akan menjerat hatiku. Rindu, Pohon cemara dari jauh. Membayangkan betapa panjang rambutnya. Maka aku pun rindu kekasihku. 6. Gereja Ostankino Menaranya cukup tinggi, tetapi untuk menggapainya sia-sia. Pintunya punya mulut sepi, Rapat dikunci, Derita dari lumat dikunyahnya. 7. Permintaan Wahai, rembulan yang bundar. Jenguklah jendela kekasihku! Ia tidur sendirian, Hanya berteman dengan hati yang rindu. 8. Kami Berdua Karena sekolah kami belum usai, Kami berdua belum bisa dikawinkan. Namun, di dalam jiwa, anak cucu kami sudah banyak. 9. Dua Burung Adalah dua burung, Yang bersama membuat sarang. Kami berdua serupa burung, Terbang tanpa sarang. 10. Optimisme Cinta kita adalah istana porselen. Angin telah membawa kedamaian. Untuk membelitkan kita dalam pelukan. Bumi telah memberi kekuatan. Karena kita telah melangkah dengan penuh ketegasan. 11. Kegemarannya Pacarku gemar mendengar aku mendongeng. Dalam mendongeng, Selalu kusindir, Bahwa aku sangat mencintainya. 12. Pahatan Di bawah pohon sawo, Di atas bangku panjang, Di bawah langit biru, Di atas bumi kelabu, Istirahatlah untuk dua buah hati yang merindu. 13. Janganlah Jauh Janganlah jauh, Bagaikan bulan yang hanya bisa dipandang. Jadilah angin yang membelai rambutku. Dan kita akan selalu berjamaah. 14. Lagu Seorang Gerilya Puisi WS Rendra berikut ini bermakna tentang pahlawan, cocok Anda gunakan untuk memperingati hari pahlawan Engkau melayang jauh, kekasihku. Engkau mandi cahaya matahari. Aku di sini memandangmu yang menyandang senapan dengan bendera pusaka. Di antara pohon-pohon pisang yang berada di kampung berdebu kita, Engkau berkerudung selendang katun di kepalamu. Engkau menjadi suatu keindahan, Sementara dari jauh, aku mendengar resimen tank penindas menderu. Malam bermandi cahaya matahari, Kehijauan menyelimuti medan perang yang membara. Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku, Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu. Peluruku habis dan darah muncrat dari dadaku. Maka disaat seperti itu, Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan, Bersama kakek-kakekku yang telah gugur Di dalam berjuang membela rakyat jelata. 15. Sanatorium Chakhalinagara Hatiku terbaring telanjang di meja, Di atas piring, di samping pisau, sendok, dan garpu, Selagi aku duduk di kursi putih, memangku koran yang tidak bisa dibaca. Pintu balkon terbuka menampakkan terali hitam dan langit tua renta. Bayangan gelas dan teko porselen dipantulkan kaca pintu. Kemudian nampak pula diriku; Wajahku terlihat sepi setelah dicuci, hatiku pun rewel dan manja. Siapa pula aku tunggu? Siapa atau apa? Perawat datang dengan wajah yang heran. la menggelengkan kepala “Kamerad tak makan?” “Lyuda, aku tak bisa makan. Tak bisa kumakan wajah kekasih. Tak bisa ku minum ibuku bersama susu. Dan tak bisa ku usap mata adik dengan mentega!” Ia mengangkat bahu dan bertanya. Ah, ia toh tak tahu bahasa rindu! Jika ia lenyap dari pintu, dengan langkah yang lunak seperti di atas permadani. Ia tidak tahu, bahwa waktu pernah beku dan berhenti. Seluruh bunyi dan warna tanpa makna, Bahkan untuk mimpi, duka, derita, dan kebahagiaan, Tak ada pintu yang membuka. Sudah Tahu Kumpulan Puisi Melegenda dari WS Rendra? Melalui berbagai karya puisi WS Rendra, kita belajar lebih dalam tentang seni, khususnya seni tulis puisi. Dari banyaknya karya puisi beliau, manakah puisi favorit Anda?
WS. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah. W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat. Ilustrasi membaca puisi pagi tentang romansa. Foto UnsplashSalah satu media untuk mengungkap rasa kasih dan sayang kepada seseorang adalah melalui puisi. Karya sastra satu ini berasal dari curahan hati sang penyair dan dibuat berdasarkan ungkapan perasaan yang dialaminya. Seiring berjalannya waktu, puisi pun mengalami sekali bermunculan puisi baru yang lebih bebas dan tak terikat seperti kebanyakan puisi lama. Agnes Pitaloka menuliskan dalam Seni Mengenal Puisi bahwa puisi merupakan bentuk ekspresi diri yang menggambarkan keresahan, kesenangan, imajinasi, kritik, dan pengalaman seseorang yang tersusun atas bahasa yang indah dan padat puisi yang paling banyak diminati ialah puisi romansa. Puisi ini berisi luapan perasaan cinta kasih dan menimbulkan efek romantisme. Salah satu penyair dengan puisi romantis yang dikenal di Tanah Air yakni WS Rendra. Banyak dari karyanya yang disusun dengan kalimat indah dan memikat karya WS Rendra seringkali diberi judul random namun tetap memiliki kesan. Puisi-puisi ini dapat dikategorikan sebagai puisi pagi romantis karena terdapat beberapa baitnya yang sesuai dengan suasana pagi yang menyegarkan, juga keindahan alam. Berikut adalah beberapa puisi pagi romantis karya WS membaca puisi pagi tentang romansa. Foto UnsplashPuisi Pagi RomantisPuisi pagi romantis yang didasarkan pada kejadian dan emosi sehari-hari ini dibuat oleh WS Rendra pada tahun 1958 yang diambil dari buku Puisi-Puisi Cinta Republish terbitan Bentang buku ini, WS Rendra melakukan eksperimen untuk mengasah kemampuan bahasa sehari-hari yang sederhana namun mampu mengungkapkan hal yang paling romantis dan puitis dalam kehidupan. Berikut adalah beberapa puisi romantis karya WS RendraPermintaanWahai, rembulan yang bundarjenguklah jendela kekasihku!Hanya berteman hati yang panjang rambutnyamaka aku pun kangen aku mendongeng selalu kusindirkanbahwa aku sangat malam kembali membenamIlustrasi membaca puisi pagi tentang romansa. Foto UnsplashPahatanistirahatlah dua buah hati Awan Lewat“Engkaulah sutra yang kembarabulu domba lembut putih rupa!Wahai, lindungilah matahari bagai barakerna kekasihku sedang berjalanKembali pulang dari sekolahnya!”Dua BurungKami berdua serupa burungTelah SatuGelisahmu adalah kita bergandenganLama kita saling bertatap matatak lagi bisa telah berlabuh dan tak bisa lagi istana dari telah membawa kedamaianmembelitkan kita dalam telah memberi kekuatan,kerna kita telah melangkahadalah pelangi selusin Jantansetelah bersamaku menyusuri tidur nyenyak melepas lelahJanganlah berkokok terlalu pagi!Janganlah JauhKekasihKekasihku seperti burung muraiKekasihku seperti burung muraibersarang indah di dalam hati.
KETIKAENGKAU BERSEMBAHYANG karya Emha ainun najib Ketika engkau bersembahyang oleh takbirmu pintu langit terkuakan partikel ud SAJAK MATA-MATA karya WS Rendra SAJAK MATA MATA karya WS RENDRA ada suara bising di bawah tanah.
Hai teman, Balik lagi nih bareng IMYID, gak disangka - sangka ternyata beberapa postingan mengenai puisi dan prosa banyak di cari oleh kalian semua. Jadi dikesempatan pada januari 2020 yang berbahagia ini, IMYID kembali dengan beberapa postingan dengan tema bahasa Indonesia setelah hampir 2 tahun IMYID tidak update, sekarang akhirnya comeback. hehe IMYID kali ini akan share banyak sekali judul puisi dengan tema "Menyulam waktu" penasaran ? Ini dia beberapa contoh puisi tersebut 18 Contoh Puisi dengan Tema atau Topik Waktu, Menyulam waktu Menyulam waktu Perempuan itu nyatanya terlalu menginginkan hujan Ingin mendekap, dalam-dalam Sayangnya, hujan enggan cepat didekap Ia harus menghitung putaran detik di jam dinding kamarnya Berminggu-minggu, berbulan-bulan Sampai bayi merah kini telah merupa mawar merekah "Jangan hanya menunggu, lakukan sesuatu" ucap rintik di satu waktu Maka bila suatu saat nanti hujan tak mau lagi Mengalirkan harap pada dekap Setidaknya dada puan itu telah kuyup oleh gerimis Namun Mata air yang katamu benar bening, nyatanya telah kering oleh sajak yang dituturnya tiap-tiap malam Perempuan itu, telah beku. Sebelum Pulang Sebelum kau benar-benar pergi meninggalkan sepetak kesunyian di tempatku terbaring. Kumohon tinggallah sejenak, meski setengah hari untuk menyulam waktu Agar menjadi sepotong riwayat yang sempurna kita lahirkan, Mengalir indah dalam beberapa jarum waktu dan gerimis yang sangat tajam Memuaikan beberapa nama ke angkasa. Sebelum kau benar-benar pergi meninggalkan aku. Kumohon engkau mengerti perjalanan rinduku Yang terburu oleh waktu. Hanya bayang imajinasi yang bergelayut dalam pikiranku, merajut mimpi yang tersisa Kala dirimu selangkah lebih jauh dariku. Di ranjang ini, aku terbaring dan berdoa Agar kau mau untuk merangkum cerita Di tiap kergesaan menyulam waktu bersamaku. MERAWAT RINDU Masih yang tulus ku rasa sedetik pikiran tanpa tak meluka dengan sebingkai noda paling indah merona "La-la-la-la" denting relungku menjajaki hamparan jiwa Sebuah senyum di ujung waktu penuh rana Mungkin yang setia ku bawa memantik rindu tak bertepi dengan raga merajut waktu kalbu dengan nyawa Apalah sebuah nada "sya-da-du-du-da-da" hayalku tak pernah luput tanpa dia Serbuk detik ku tumpuk Misiu menit ku genggam Debu jam ku jadikan tumpu Tak peduli tampungan tahun yang ku tahu hanya menyulam waktu Hayal bukan berarti ku tak berakal Mati bukan berarti ku tak mampu menari Gila bukan berarti ku tak berdaya Ini hanya ku tak suka bahagia tanpa dia yang selalu di dada, selamanya. Putaran Ambisi Degup jantung menghempas ke seluruh tubuh Memanaskan tujuan tiap kalo tak sejalan Luapkan ambisi seisi tubuh Yang menggoncang ruang putaran Derai langkah terus berjalan Dibelakang waktu Melampaui tiap-tiap keinginan yang mulai memuncak Hingga melupakan sibuknya menuju jalan yang abadi Tanpa pikiran yang tenang Maka hari ini Akan ku sumpah Waktu lah yang selalu menungguku Menantimu Denting demi denting waktu terlalu cepat bergerak. Tetes demi tetes embun terlalu cepat mengering. Sirat demi sirat sinar terlalu cepat tersebar. Namun mataku.. Terbujur kaku menatap satu titik semu pada sebidang pintu itu. Tempat dimana bayang sosoknya tiba. Tempatku berjumpa dengan kehangatan. Butiran debu berbisik mengajakku pergi. Namun kursi tua ini terlalu nyaman untuk ku beranjak. Aku terjebak pada waktu yang enggan menjawab kapan sosok itu tiba. Besitan demi besitan bayangnya temani jenuhku. Buatku semakin enggan tuk bergerak. Ku perangi arus kesunyian. Ku arungi arus kejenuhan. Ku sulam waktu demi waktu. Untuk menghangatkanmu dengan rajutan kasih. Takdirku Sejak menatap dunia, aku bernafas dalam penjara Penjara yang membuatku sekilas nampak remaja Namun bahkan terhadap asa aku hanya menyapa Lalu kau tanpa sengaja melintasi senja Dimana aku sempat mencoba Terbangun dari semua ilusi belaka Yang sering ku anggap nyata Selaksa gemintang menjadi saksi Penantian dalam yang ku simpan di hati Tentang sebuah rasa yang sepi Karena sebuah nama yang tanpa sengaja hinggapi Penjaraku tak lagi senyap Sebab pikirku kini tlah lenyap Ikuti langkah kecilmu yang berderap Hingga Waktu Menyulam Dirinya Tertahun aku tertahan tak berlari ingin berjalan saja tak berani melupa pada terbersitnya pelangi sesudah hujan menyarukan senyummu lekas-lekas ke peraduan Aku rindu, bertemu pada tatap sayu candamu menyunggingkan lekukan mata mengedipkan tanya menggoreskan suka pada harap yang kian melonjak mengikiskan duka pada waktu hingga terasa mati Sekelumit angin menerpa datang tiada kuat tubuh menahan kering yang gersang dahaga, lelah dan lapar menyemukan bayangan sukma, raga, terlukis tertimpah rembulan Aku menunggu, menggengam tanganmu yang bukan ternyata adanya sembilu menyayat sulur-sulur darah dan nadi mengkhayal dipelukmu setinggi istana para peri menggapainya saja butuh triliyunan anak tangga Gelagar terbentang mengokohkan pelatar membangun pondasi meninggikan atap menanti hati menjadi serupa dan sediri biar melumut rambut di badan Aku menengadahkan hati, memilih kasih menyayat kalbu membiarkan pesona menipuku, menanti kau yang telah dimiliki lagi-lagi ... lepas-lepas ... didahului seberkas mentari Aku sungguh ... Matahari yang tak sudi ada mentari yang lain Namun, Diriku hanya merupa setitik air dari samudera pembelenggumu Salahku, tak menemuimu ketika pagi ... Dosaku, menjumpamu sesingkat pagi ... Kebodohanku tak menyadari hingga waktu menyulam dirinya dengan benang tak terbatas engkaulah itu Waktu Rasanya kuingin menyulam waktu. Menatap kembali ke masa lalu. Bercumbu dengan kenangan. Di saat aku ingin memilikimu sepenuhnya. Tanpa memedulikan sesiapapun. Yang terpenting adalah kamu dan aku bersama. Merajut waktu di kala rindu mencuat. Kuingin tetap tinggal di waktu lalu ini. Karena dengan bebas, aku bisa menatapmu di balik gorden ini. Menantimu berjalan menyusuri rumahku. Tertawa indah yang mampu membiusku ke dalam kehangatan. Ah, waktu. Izinkan aku kembali, hanya sekadar mengucap rasa yang tertahan ini. Izinkan aku berjuang memilikinya. Izinkan aku selalu melihat senyum indahnya. Biarkan aku menyulam waktu demi dia. Kurela berkorban demi dia. Ingin kubisikkan kata terindah padanya, bahwa aku mencintainya amat sangat. Penantian Tanpa Ujung Aku masih di sini Menantimu untuk kembali Ulangi kisah yang pernah tertulis Dengan tinta merah pena cintamu Kini setelah kau pergi Hidupku hampa tanpa dirimu Berselimut angin kesunyian Mendekap rindu dalam sendu Awan mendung hiasi wajah Datangkan hujan air mata Luapkan banjir penuh duka Di dalam badai kerinduan Hari-hariku sepi tanpamu Malamku sunyi tanpa dirimu Hatiku panas tidak terkira Dibakar api gejolak rindu Kini diriku telah terjebak Dalam penantian tanpa ujung Berharap dirimu kembali lagi Kau... yang kini telah tiada Selisik Separuh detik Angin datang pada musim klasik Ada Diaroma Seratap duka dalam kurun tanpa masa Pagi itu Angin klasik menerobos dinding Sedang, jarum kecil masih memeluk detik-detik panjang Sepotong kain bernama waktu teronggok Belum selesai sang penyulam bekerja, namun ia sudah merongok Kain itu punyaku Selisik Detik klasik Bisakah aku meminta kau melanjutkan langkah yang belum berirama? Atau, bisakah aku meminta hal sederhana ; Jadilah penyulam waktuku dengan detik-detik panjangmu. Suatu tempat, suatu waktu Aku; Wanita Separuh Baya Adalah aku, wanita separuh baya yang lugu gaya Hilang pesona digerus masa Terbelenggu sepi Terkungkung oleh histori janji Setiap hari hanya menghitung mimpi-mimpi Aku; wanita paruh baya Tinggal separuh nyawa menata eloknya dunia Tak ternyana selama ini dipenjara duka Pada bayang-bayang fatamorgana merajut setia di langit senja Barat Daya Malam-malam semakin mendiam, lalu berlalu Tetapi aku, masih saja menyulam waktu Tak bisa mengubur masa lalu dalam pekatnya kisah-kisah tabu Aha Aha! Aha! Aha! Hari masih sore Tanah masih basah Angin masih mengalir Pernak-pernik yang semula tercecer, kini menyatu dalam rangkaian Benang yang semula tebal, kini tinggal beberapa helai Bohlam yang semula benderang, hanya temaram yang ia sisakan Cinta, Aku di sini Siap menyambutmu dengan segala upaya Menyuguhkan senyum terhangat yang mungkin hanya kau dapati dariku Cinta, Kau masih ingat? Bagaimana cantiknya diriku Saat terakhir kali kau menatapku Sekarang aku lebih cantik, dari bidadari yang mungkin saat ini menemanimu Aku tidak memakai gamis hitam seperti dulu Aku tidak serapuh dulu Ketika kau meninggalkan sebuah ucap 'Sabar' Dan pergi dari gubuk terindah kita Membiarkanku menyulam sendirian Aku baru tersadar, Cinta, itu dulu Aku baru sadar bahwa sore tak pernah lagi ada Tanah sudah mengering Angin sudah berdebu Dan kau tetap tak pulang Membiarkanku dipeluk tangis Yang menghujam sepanjang malam Aku Penyulam Waktu Sunyi memaku larik-larik rindu Dalam dekap erat waktu Kutatap sulaman itu Yang kujalin perlahan dengan benang air mata Bertaburan manik kisah episode lalu Berhamburan helai tanya dukaku "Akankah kisah ini cepat berlalu?" tanyaku pada angin Mozaik kecil serpihan hati melayang pada kibaran angin berembus Masih kusulam bait puisi pasi untukmu Aku penyulam waktu Mengurai kusai detik yang lama merindu Kutunggu setengah kolase hatiku Yang tertinggal entah Dalam album waktumu Lilin Putih Temanku Lilin itu kini menyala Di sini, di bawah pohon ini Menemaniku menunggu puan kembali Lilin itu masih menyala Perlahan meleleh ke bawah Masih terasa sedikit kehangatannya Lilin itu menghiburku Menari bersama angin senja Kadang dinginnya memukul tulangku Lilin itu hampir mati Namun puan belum juga datang Apakah lupa janji tadi pagi? Lilin itu harus tetap menyala Untuk menerangi langkah kakimu Itupun jika kau ingat janjimu Lilin itu benar mati Menutup akhir puisi ini Tanpa bertemu puan sama sekali Lilin benar-benar hilang Sekarang tanpa ada kehangatan Daku meringkuk kedinginan dalam gelap malam Gulma Tak Bernyawa Dia menjelma kerdil Terasing dalam kesepian panjang Dingin, menggigil.. Mendekap angan di tepian petang Dia mengerti, Kepergian, ialah bait terakhir pada puisi Pun tentang waktu tak' pernah berkeluh Membawa kenangan yang tak jua utuh Dia Ialah dirinya, Dalam kisah gulma terluka Menghitung tiap terbit dan terbenam Menunggu takdir menghunus nyawa hingga ke akar Aku Dan Kue Ulang Tahun Hari ini aku merobek kalender baru Belum terlewat Namun mestinya sudah tamat Ini bukan hari yang kutunggu Ketika bayang wajah muncul satu-satu Pecah tangis bayi yang membuncah Dan pijak telapak yang kubimbing mengejarku Hanya sekian tahun kenangan manis senyuman Anak-anak yang menggenggam jemari Hingga ke buaian.... Kini aku memang bangga pada mereka Kedua kaki mereka telah cukup kuat berlari Lebih jauh lagi Lebih tangguh lagi Bahkan jarang datang kembali Kini aku harus tetap bangga Ketika mereka tak punya sisa waktu Sibuk mengejar impian dunia Lupa hari ulang tahun ibunya Esok hari ketika tanggal itu lewat Sekotak kue tart datang "Selamat ulang tahun Bunda" Ujar kartu ucapan Tanpa senyuman Tanpa pelukan Tanpa kerinduan Dan aku harus tetap bahagia Meniup lilin sendirian Atau kubiarkan angin malam yang meniupnya Juga pada sisa air mata Dan keluhan yang sia-sia Sembari melanjutkan sulaman Sebagai kain penghias nisan Siapa tahu mereka lupa Pada tanggal lahir ibunya Kala Rotasi Tak Berbalik Arah Demi masa Ayat Tuhan tlah ingatkan Akankah manusia hargai Perjalanan waktu Rotasi takkan bisa berbalik arah Perbaiki perbuatan yang terlanjur salah Hanya maaf terlontar Saat tersadar Intan berlian takkan bisa beli Berapapun nilainya Tak sekalipun tergantikan Takkan berulang Kala insan meremehkan Abaikan janji Ia tlah kehilangan kepercayaan Tinggalkan bekas lubang Yang tak bisa tertambal Hanya penyesalan datang Di hari kemudian Waktu bukanlah karet Yang bisa diolor Atau dianggap mirip celana kolor Dibuat longgar Agar bisa menghindar Dengan berbagai dalih Alibi ... modus … atau akal bulus Waktu tak bisa disulam Tutupi malu dan sesal Meski sekecil lubang jarum Waktu… Sedetikpun sangat berharga Doa Senjaku Tibalah kita di ambang senja Di rambutmu lembayung saga Menjelma cendera pawana Gemuruh jiwa berkidung merdu Nyanyikan rindu laksana melagu Dalam goresan bait puisi sendu Oh, indahnya senyummu di mataku Kusulam waktu dengan namamu Takkan hilang seumur usiaku Dalam diamku yang bertafakur Berucap doa memanjatkan syukur Untuk cinta yang tak terukur Seduhan Waktu Langit tak segelap. Sekat-sekat jendela, Yang menggigil bersama jemariku. Menjerat yang begitu kukuhnya. Telah tiba waktu pilihan. Berstruktur abstraksi. Di atas setumpuk jarum, Sebagian patah, kuku-kuku. Tak ingat sudah berapa lama, Masa itu berlalu. Kau lambungkan tanganmu, Membantu menadah keringat. Menyulam waktu bersamaku. Aku hanya ada dalam kegelapan hitam dan menggigil. Sertaan kertas putih ini. Coretan terakhir teruntuk diriku. Kau seduh dalam mimpi yang tak terbayang. Helaian ini, Tak akan sempurna. Tapi kau benar-benar sudah tiada. Dalam seduhan waktu, Yang kita sulam bersama dulu.
Damono dll. Puisi Kontemporer merupakan karya sastra sajak yang muncul dengan mengubah aturan konvensional puisi. Puisi Indonesia ini bergaya dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah puisi lama umumnya dan muncul dalam waktu tertentu. (Purba, 2010) WS Rendra adalah salah satu penyair yang puisinya penulis Puisi Waktu Karya Rendra Waktu Waktu seperti burung tanpa hinggapan melewati hari-hari rubuh tanpa ratapan sayap-sayap mu'jizat terkebar dengan cekatan. Waktu seperti butir-butir air dengan nyanyi dan tangis angin silir berpejam mata dan pelesir tanpa akhir. Dan waktu juga seperti pawing tua menunjuk arah cinta dan arah Empat Kumpulan Sajak 1961Analisis PuisiPuisi "Waktu" berbicara tentang bagaimana waktu bergerak melintasi hari-hari tanpa berhenti. Puisi ini menggambarkan waktu sebagai sesuatu yang abadi, yang tidak terkalahkan oleh manusia. Ia menggambarkan waktu sebagai sesuatu yang tegas, yang mengontrol kehidupan manusia dan menciptakan ini juga menggambarkan keindahan dan keajaiban dari waktu, yang memberi jalan bagi manusia untuk bergerak maju dan berkembang. Puisi ini ditutup dengan kata-kata yang menyampaikan harapan bahwa manusia dapat memanfaatkan waktu dan menjadikannya sebagai sesuatu yang "Waktu" karya Rendra memiliki beberapa hal menarikPersonifikasi waktu Puisi ini menggunakan personifikasi untuk menggambarkan waktu sebagai entitas yang hidup. Waktu digambarkan sebagai burung yang terbang tanpa hinggapan, tanpa ada keberhentian. Hal ini menciptakan gambaran dinamis dan terus bergerak tentang bagaimana waktu berlalu tanpa kuat dengan penggunaan metafora Puisi ini menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan sifat-sifat waktu. Waktu digambarkan seperti butiran air yang nyanyian dan tangisnya disertai oleh angin. Hal ini menciptakan gambaran tentang pergerakan yang halus dan terus-menerus dari waktu. Puisi juga menggunakan metafora tentang waktu sebagai pawing tua yang menunjukkan arah cinta dan arah keranda, mencerminkan sifat universal dan tak terelakkan dari antara keindahan dan ketidakpastian Puisi ini menggambarkan keindahan dalam perjalanan waktu, dengan sayap mu'jizat yang terkebar dengan cekatan dan nyanyian dan tangis angin yang mempesona. Namun, puisi juga menggambarkan sisi ketidakpastian dan tak terbatas dari waktu, yang bisa berpelesir tanpa tentang kehidupan dan kematian Puisi ini mencerminkan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Waktu digambarkan seperti pawing tua yang menunjuk arah cinta dan arah keranda. Hal ini menyiratkan bahwa waktu adalah pengingat tentang keterbatasan dan ketidaktentuan hidup, serta tak terelakkan dalam menghadapi ini menawarkan gambaran yang kuat tentang pergerakan waktu yang tak henti-hentinya dan menggabungkan keindahan dengan refleksi tentang kehidupan dan kematian. Dalam gaya bahasa yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang perjalanan waktu dan makna yang terkandung di WaktuKarya Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta Solo, Jawa Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 pada usia 73 tahun di Depok, Jawa Barat. Gayabahasa adalah suatu alat untuk melukiskan, menggambarkan, menegaskan inspirasi atau ide dalam bentuk bahasa dengan gaya yang memesona (Jalil, 1985: 31) Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi Doa Seorang Serdadu sebelum Berperang karya WS Rendra adalah sebagai berikut. - Karya sastra menjadi sebuah curahan hati dari seorang pengarang. Dapat dituangkan dalam bentuk cerita maupun puisi. Salah satu penyair atau penulis puisi terkenal di Indonesia adalah Rendra. Puisi-puisinya terus melegenda di Indonesia. Willibrordus Surendra Broto Rendra lahir pada 7 November 1935 di Solo. Salah satu puisi yang terkenal dari Rendra adalah Telah Satu. Berikut puisinya Telah Satu Gelisahmu adalah kita bergandengandalam hidup yang nyata,dan kita cintai. Lama kita saling bertatap matadan makin mengertitak lagi bisa adalah penitiyang telah adalah kapalyang telah berlabuh dan ditambatkan. Kita berdua adalah lavayang tak bisa lagi diuraikan. Baca juga Struktur Batin Puisi beserta Penjelasannya Makna puisi Telah Satu Puisi tersebut bermakna percintaan atau romantisme. Tentang kebersamaan dan kepercayaan yang dilalui bersama baik keadaan senang atau duka. Puisi Telah Satu juga menceritakan seorang kekasih yang ia cintai selama ini namun jarang bertemu. Sepasang kekasih yang diceritakan dalam puisi tersebut meyakini bahwa cinta yang dimilikinya semakin kuat dan tidak akan terpisah untuk selamanya. Dalam puisi tersebut, penulis menghayati perasaan yang sedang dirasakan. Di mana ada keyakinan bahwa tidak akan terpisahkan dengan kekasihnya karena sudah ditakdirkan untuk bersatu selamanya. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. vkfcPb.
  • l4cw4szq30.pages.dev/488
  • l4cw4szq30.pages.dev/717
  • l4cw4szq30.pages.dev/398
  • l4cw4szq30.pages.dev/115
  • l4cw4szq30.pages.dev/35
  • l4cw4szq30.pages.dev/732
  • l4cw4szq30.pages.dev/973
  • l4cw4szq30.pages.dev/156
  • l4cw4szq30.pages.dev/731
  • l4cw4szq30.pages.dev/124
  • l4cw4szq30.pages.dev/732
  • l4cw4szq30.pages.dev/372
  • l4cw4szq30.pages.dev/575
  • l4cw4szq30.pages.dev/944
  • l4cw4szq30.pages.dev/677
  • puisi waktu karya ws rendra